Pads Jumat (15/8) lalu, saya berkesempatan mengikuti acara diskusi bertajuk "Aspirasi Pendidikan Bermutu untuk Semua". Dalam acara ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) berkolaborasi dengan Kompasiana.
Saat acara ini mulai diinfokan sejak seminggu sebelumnya, Kompasiana melalui Kamil Ichsan, selaku Community & Event Moderator Kompasiana, langsung "jemput bola" dengan berkirim pesan di grup komunitas K-JOG.
Awalnya, saya dan beberapa Kompasianer lain di grup agak ragu-ragu, karena tema dan kriteria peserta acara ini sangat spesifik. Meski kami sama-sama pernah menulis artikel soal pendidikan di Kompasiana dengan sudut pandang masing-masing, frekuensinya cukup jarang.
Beruntung, Mas Kamil langsung gerak cepat "melenturkan" batasan itu, dengan menggunakan meetup sebagai kata kunci, dan mengajak rekan-rekan di K-JOG untuk ikut serta. Jadi, meski bukan siswa SMA/SMK, guru, atau orang tua siswa, kami masih bisa ikut sebagai perwakilan komunitas Kompasiana, yang memang punya "gawe" di sini.
Saya sendiri tidak langsung mendaftar, karena sempat K.OÂ akibat terlalu banyak makan sambal bakso goreng beberapa hari sebelumnya. Begitu kondisi tubuh sudah cukup fit, barulah saya langsung coba mendaftar.
Selain karena bisa "reuni tipis-tipis" dengan rekan-rekan di K-JOG, acara seperti ini terbilang langka. Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, Kompasiana "blusukan" ke daerah, dalam hal ini ke Jogja.
Di sini, kehadiran Pak Heru Margianto, yang belum lama bertugas sebagai COO Kompasiana, dan kolaborasi dengan Kemendikdasmen membuatnya terasa semakin spesial.
Â
Pada prosesnya, Mas Kamil sempat memberi info ke saya, soal lokasi acara yang terletak di lantai 3 Gedung Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak memiliki lift. Sebenarnya, jenis lokasi acara seperti ini cukup "horor" bagi difabel seperti saya, yang secara kondisi fisik terbilang kureng di medan lokasi seperti itu.
Tapi, karena lokasi acaranya masih berada dalam jangkauan, saya memberanikan diri berkata "oke", dan sedikit menyiasati keadaan, dengan datang lebih awal di lokasi. Hasilnya, masalah aksesibilitas ini bisa langsung diakali dengan cepat oleh petugas di lokasi acara. Rekan-rekan dari K-JOG dan tim Kompasiana juga suportif dari awal sampai akhir acara.
Diluar acara diskusi yang berlangsung, Â "blusukan" ala Kompasiana, seperti yang sudah dilakukan di Jogja, Â menjadi satu langkah yang layak dibiasakan. Bisa juga, Kompasiana mengadakan acara serupa di Bali, Lombok, Sumatera, bahkan Papua, selama ada kesempatan.
Meski sekilas terlihat "rempong" karena harus pergi kesana-kemari membawa alamat jeng jeng , ini akan efektif mengikis dikotomi antara Kompasianer di seputaran "pusat" dan "daerah", karena semua sama-sama diperhatikan, bahkan dilibatkan.