Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Radio dan Kisah-kisah Kebodohanku

7 Desember 2022   15:14 Diperbarui: 8 Desember 2022   04:35 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guglielmo Marconi memperlihatkan cara penggunaan pemancar radio tanpa kabel buatannya pada tahun 1901.(WIKIPEDIA/LIFE via kompas.com) 

Katanya ada gelombang radio di udara kita. Bisa menghantar suara-suara yang disiarkan dari Medan ke dalam radio-radio di seluruh Sumatera Utara. Radio menangkap suara-suara itu dan, saat dinyalakan, memperdengarkannya. 

Amangudaku pintar sekali. Bisa menjelaskan secara sederhana. Walau aku tetap tak paham. Sebab bodohlah aku.

Tapi, sekurangnya, penjelasan itu sukses menghapus bayanganku tentang para liliput dan kepala-kepala manusia di dalam kotak radio.

***

Satu kebodohan hilang, berganti dengan kebodohan lain.

Belum genap usia enam tahun, kakek dan nenek membawaku melawat ke rumah seseorang yang terbilang tulang, paman, di kota Medan. 

Tulangku itu orang kaya -- ini bukan mau sombong, ya.  Rumahnya besar, gedung. Mobilnya sedan Plymouth dengan jok yang teramat empuk sampai-sampai aku tenggelam saat mendudukinya.  

Tapi yang lebih menakjubkan, tulangku itu punya radio salon sebesar lemari bufet. Radio itu diletakkan di ruang tamu, menghadap pintu masuk. 

Tiap kali tulang menyalakan radionya, aku langsung duduk bersila di lantai, persis di depan radio. Mendengar siaran lagu-lagu dan berita yang suaranya menggelegar. Sambil memelototi radio itu selayaknya sedang menonton televisi.

Duduk takzim. Apa yang dilihat? Ah, aku membayangkan wajah-wajah cantik dan ganteng pemilik suara-suara di radio itu.

Begitulah. Enam tahun selanjutnya, masa SD, aku menikmati siaran radio dengan cara membayangkan wajah dan gestur pemilik suara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun