Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Poltak dan Perpustakaan: Pengalaman Sekolah Negeri dan Swasta

31 Mei 2022   21:53 Diperbarui: 1 Juni 2022   11:46 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pojok rak buku di perpustakaan pribadi (Dokpri)

Sekarang, coba kita perhatikan data skor PISA 2018 di bawah ini. Indonesia ternyata berada di peringkat 71 dari 77 negara yang diukur OECD. Mau tahu skor PISA Singapura yang baru dirisak netizen Indonesia? Peringkat 2!

Ranking PISA negara-negara di dunia tahun 2018 (Sumber: factmaps.com)
Ranking PISA negara-negara di dunia tahun 2018 (Sumber: factmaps.com)

Karena salah satu indikator PISA adalah literasi baca (reading), selain matematika dan sains, bisa disimpulkan intensitas baca siswa Indonesia sangat rendah (skor 371, rerata OECD 487). [1] Akibatnya, kecerdasan sosialnya juga rendah.

Salah satu indikasi kecerdasan sosial adalah kemampuan membedakan opini dan fakta. Hasil pengukuran OECD (2021) menunjukkan bahwa orang Indonesia tergolong paling rendah kemampuannya untuk membedakan opini dan fakta. Sebaliknya Singapura.

Lihat grafik di bawah ini. Indonesia berada di ujung kiri bawah (kinerja baca rendah). Sedangkan Singapura berada di ujung kanan atas (kinerja baca tinggi)

Hubungan kemampuan membedakan fakta dan opini dan kemampuan menilai kredibilitas sumber (OECD, 2021)
Hubungan kemampuan membedakan fakta dan opini dan kemampuan menilai kredibilitas sumber (OECD, 2021)

Cara membaca grafik itu begini: semakin ke kwadran kiri bawah, semakin rendah kinerja baca dan kemampuan membedakan fakta dari opini; dan sebaliknya semakin ke kwadran kanan atas.

Dampaknya begini. Jika suatu bangsa tak mampu membedakan opini dari fakta, maka bangsa itu susah diharapkan maju. Sebab opini, terutama hoaks, akan merusak integrasi dan sinergi sosial, sehingga bangsa akan kehilangan modal sosial untuk maju.

Solusinya sederhana, jika Indonesia mau lebih maju. Sediakan perpustakaan sekolah yang kaya akan literatur kelas dunia, khususnya karya sastra klasik dan modern. Lalu disiplinkan siswa dari SD (setidaknya kelas 4-6), SMP, hingga SMA untuk membaca minimal satu judul buku sastra per minggu. 

Solusi itu berlaku sama untuk sekolah negeri dan swasta, di pedesaan dan perkotaan. Begitulah idealnya peningkatan dan pemerataan literasi dilakukan. (eFTe)

Catatan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun