Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Poltak dan Perpustakaan: Pengalaman Sekolah Negeri dan Swasta

31 Mei 2022   21:53 Diperbarui: 1 Juni 2022   11:46 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pojok rak buku di perpustakaan pribadi (Dokpri)

Ngomong-ngomong, siapa yang  masih bisa menjodohkan judul-judul novel tersebut dengan nama-nama pengarang di atas?

Perpustakaan seminari itu adalah surga literasi bagi Poltak. Segala buku yang dibacanya telah membawa dan mengantar dirinya ke ruang yang lebih luas, dan ke rentang masa yang kebih panjang. Di sana dia bersua dengan fakta-fakta  dan khayal -khayal yang meluaskan cakrawala pemikiran.

Salah satu pojok koleksi novel (Dokpri)
Salah satu pojok koleksi novel (Dokpri)

Sekolah Menengah Atas. Dikeluarkan dari SMP Swasta Seminari, karena kelakuan "minus", Poltak dijebloskan bapaknya ke SMA Negeri di Porsea-Toba. Itu sebuah SMA kampung.  

Bagi Poltak, masuk ke SMA kampung itu menjadi hukuman. Bukan karena turun kelas dari "kota" ke "kampung". Tapi karena diasingkan dari dunia literasi, dari fakta dan khayal tentang dunia luar.

SMA Negeri itu sama sekali tak punya perpustakaan. Persis seperti SDN Hutabolon dulu.  Tak ada bacaan ekstra. Hanya buku pelajaran yang diwajibkan sekolah.

Tak ada pula perpustakan daerah di Porsea. Sebab kota itu hanya kota kecamatan. Fakta itu siksaan tersendiri bagi Poltak.

Beruntung setelah tanya sana-sini, Poltak akhirnya menemukan kios persewaan komik dan novel di pojokan kota Porsea. Bagi Poltak, kios itu adalah substitusi perpustakaan.

Maka, sepanjang masa SMA, Poltak melahap segala judul komik dan novel lokal yang ada di kios itu. Sepanjang dia bisa menyisihkan uang saku untuk sewa buku.

Pada waktu itulah Poltak mengenal nama-nama Asmaraman S. Kho Ping Ho, Gan K.L., Jan Mintaraga, Djair, Ganes T.H., S.H. Mintarja, Wid N S., Hasmi, Hans Jaladra, Motinggo Busye, dan Ashadi Siregar. 

Siapa yang ingat judul-judul buku ini: Bu Kek Siansu, Sin Tiaw Hiap Lu, Kelelawar, Jaka Sembung, Si Buta dari Gua Hantu, Api di Bukit Manoreh, Godam, Gundala, Panji Tengkorak, Regina, dan Cintaku di Kampus Biru? Tahu siapa pengarang atau penerjemahnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun