Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Drama Kompasiana: Pemanggungan Wajah Sosial Kita

3 November 2021   15:32 Diperbarui: 3 November 2021   15:55 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari aartreya.com

"Oligarki Kompasiana telah menimbulkan ketimpangan  yang memicu perlawanan Kompasianer tersisih." -Felix Tani

Kompasiana (K) adalah panggung sosial dunia nyata di ranah maya.  Sebagai platform media sosial (medsos) berbasis massa, dia telah membentuk khalayak Kompasianer. Lewat interaksi sosial antar Kompasianer itulah Kompasiana  memanggungkan dinamika sosial masyarakat nyata . 

Begitulah. "Drama K-Rewards" baru-baru ini dapat dijelaskan dalam kerangka "K sebagai panggung sosial" itu. Saya sebut drama karena dia adalah lakon sosial yang dipanggungkan di teater K.

Satu tesis dapat diajukan di sini.  "Drama K-Rewards" terjadi karena kekuasaan oligarkis di K telah menciptakan kesenjangan sosionomi dalam khalayak Kompasianer (K'ner).  Pada titik tertentu, di garis batas toleransi,  K'ner yang merasa diperlakukan takadil lalu melakukan perlawanan.  Mereka menggugat ketakadilan sistem distribusi K-Rewards.

Tolong diperhatikan. Ada tiga konsep sosiologi dalam tesis itu: kekuasaan, kesenjangan, dan perlawanan.  Saya akan jelaskan satu per satu.  

Manajemen Kompasiana adalah Sebuah Oligarki 

Ologiarki. Itulah sistem kekuasaan di Kompasiana. Kekuasaan dipegang sekelompok kecil orang yang diberi wewenang formal. Mereka adalah kelompok pengelola.   Mulai dari  level manajer di K sampai direksi di perusahasn induknya, Grup Kompas-Gramedia (KG).

Itu jamak. Tak ada satu pun  perusahaan, termasuk bidang media, yang menerapkan sistem kekuasaan demokratis.  Segala keputusan bersumber pada wewenang eksklusif kelompok kecil manajer/direksi (dan pemilik).  Karyawan, apalagi khalayak konsumen, adalah penerima keputusan.  

Perusahaan media massa itu memang ironi demokrasi. Di satu sisi dia adalah salah satu pilar demokrasi dalam sebuah negara. Tapi di lain sisi dia menolak implementasi demokrasi secara internal. Itu fakta.

Sebagai sebuah oligarki, maka kebijakan dan program K tidak bisa dikontrol oleh khalayak K'ner. Semua keijakan/program itu didasarkan pada kepentingan bisnis Kompasiana: untung dan aman. Bukan pada kepentingan Kompasianer: puas dan nyaman.

Di tingkat kebijakan, ciri oligarkis K tercermin pada sistem regulasi. Syarat dan Ketentuan Kditetapkan secara sepihak oleh Manajemen K.  Tidak ada ruang demokrasi di situ.  K'ner hanya punya hak untuk setuju dan, kemudian,  kewajiban untuk mematuhinya.   Jika mbalelo, maka akan dikenai sanksi, mulai dari bentuk teguran (paling ringan) sampai pembekuan akun Kompasianer (paling berat).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun