Mekanisme dan indikator kurasi artikel juga ditetapkan secara sepihak.  K'ner  hanya bisa pasrah menerima nasib artikelnya: dihapus, dikarantina, dilabeli "pilihan", dicabut label "pilihan", atau dijadikan "artikel utama".  Paling juga K'ner berupaya meraba-raba "selera"  Admin K, agar bisa menulis artikel yang mudah-mudahan masuk "artikel utama" (AU). Atau sekurang-kurangnya jadi "artikel pilihan" (AP). Â
Lalu, di tingkat program, ciri oligarkis  terbaca jelas terutama pada program K-Rewards dan Topik Plihan (Topil).  Program K-Rewards itu sepenuhnya wewenang Admin K.  Mekanismenya, termasuk cara perhitungan reward, batas minimum page views/unique page views, dan harga per view.  Hanya Admin K yang tahu persisnya.  K'ner hanya bisa menduga-duga, atau menggerutu kalau harapan jauh dari kenyataan.
Begitu pula program Topil. Â Ini sepenuhnya ditentukan oleh Admin K. Â Pilihan-pilihan topik itu mungkin didasarkan pada SEO, Google Trend, dan lain sebagainya. Â Pokoknya pilih topil yang bisa jadi trend, dibaca banyak orang, sehingga bisa memiara rating tinggi K di tabel pemeringkatan Alexa misalnya. Sebab itu artinya "iklan datang", lalu "uang masuk".
Program K-Rewards Menimbulkan Kesenjangan Sosial di Kompasiana
Program oligarkis K-Rewards itu dijalankan oleh Admin K untuk memiara kesetiaan K'ner potensil menulis di K.  Alasan  yang dikemukakan terdengar manis.  K-Rewards itu merupakan penghargaan K kepada K'ner.  Atas kontribusi artikel para K'ner  di K. Boleh percaya itu, kalau mau.
Tapi sejatinya, dalam konteks bisnis Grup KG, K-Rewards itu adalah biaya (cost) yang dikeluarkan K untuk meningkatkan kinerja K. Admin K sadar bahwa kinerja K tergantung pada produktivitas para penulis potensilnya. K-Rewards dimaksudkan untuk memacu produktivitas itu. Â
Harapannya, karena banyak tulisan bagus, K akan menjadi barometer blog bersama yang akan dikunjungi banyak pembaca.  Semakin banyak pembaca, semakin tinggi ratingnya. lalu  semakin banyak iklan datang, dan semakin banyak pendapatan (revenue). Hukum yang diterapkan di situ adalah "biaya terendah untuk keuntungan tertinggi". Â
Pada awalnya program K-Rewards itu disambut hangat para K'ner. Â Walau nilainya tak seberapa, dibanding penghasilan utama mereka, tapi cukup bikin gembira. Â Setidaknya ada rasa dihargai oleh Admin K.Â
Tapi kemudian generasi milenial, penganut mashab ekonomi kreatif yang cerdas mengkapitalisasi jejaring komunikasi 4.0, melihat program K-Rewards sebagai peluang perolehan pendapatan. Â Semakin tinggi views -- tanpa syarat jumlah minimal artikel per bulan -- semaikin besar pendapatan K-Rewards.
Begitulah.  Para milenial e-wirausaha, dengan penguasaan SEO yang mumpuni,  menulis artikel tentang sesuatu yang "trending" di K.  Entah itu tentang sepakbola, manga, dan life hack (tip n trik). Artikel kemudian diagihkan  ke jejaring komunikasi 4.0, mulai dari WAG, Facebook, Twitter, dan komunitas-komunitas penggemar/fandom.Â
Semakin luas dan efektif jejaring komunikasi 4.0, semakin besar jumlah views yang terjaring. Â Bisa mencapai ribuan, belasan dan bahkan puluhan ribu views. Â Itu artinya pendapatan K-Rewards yang besar, jutaaan rupiah.Â
Sejauh ini, saya menganggap, itulah yang terjadi dengan kasus tingginya perolehan views artikel manga, life hack, dan sepakbola. Semata-mata karena kekuatan jaringan komunikasi 4.0 yang dimiliki K'ner. Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!