Kuda-kuda Tim SD Hutagurgur mulai tampak goyah. Â Bentuknya tak seragam lagi. Â Posisi anggota tim tak lagi segaris. Â Ini momen yang ditunggu Poltak.
"Sintak!" Poltak berteriak keras kepada Tim SD Hutabolon.
Seketika Tim SD Hutabolon kompak menyentak tali dengan keras. Dampaknya luar biasa. Anggota Tim SD Hutagurgur tersentak ke depa. Â Kuda-kuda mereka berantakan, lalu semua terseret melewati garis batas. Murid-murid SD Hutabolon bersorak gembira. Â Timnya menang.
"SD Hutabolon lanjut ke semi-final!" Â Panitia mengumumkan. Â Menyusul kemudian SD Siganding, SD Pardomuan, dan SD Tarabunga.
"Selanjutnya SD Hutabolon lawan SD Siganding, SD Tarabunga lawan SD Pardomuan." Kembali pengumunan berkumandang.
"Togu, keluar! Dolok, masuk!" Guru Paruhum melakukan pergantian pemain. Â Tenaga segar dimasukkan.
"Tunggu. Â Kau nanti main di final," kata Poltak kepada Polmer yang sudah tak sabaran. Â Ingin segera main.
Poltak yakin Tim SD Hutabolon pasti melaju ke babak final. Â Pikirnya, jika sebuah tim tarik tambang mampu menaklukkan seekor kerbau jantan besar, maka tak ada lagi kata kalah untuknya.
Benar saja. Â Menggunakan strategi dan teknik yang sama, Tim SD Hutabolon langsung menyeret Tim SD Siganding seakan menyeret enam karung kapuk. Â Tim SD Hutabolon menang cepat.
Secara bersamaan, di jalur lain, Tim SD Tarabunga luluh-lantak di tangan Tim SD Pardomuan. Â Dengan begitu, di babak final, SD Pardomuan akan berhadapan dengan SD Hutabolon.
"Bagus! Â Kita habisi SD Pardomuan. Juara lari seratus meter putra sudah di tangan. Saatnya juara tarik tambang." Â Poltak memanasi Tim SD Hutabolon.