Delapan orang anak lelaki kelas lima dan enam, ternyata bukan lawan berarti untuk tim inti tarik tambang. Â Dalam sekali tarikan, delapan anak itu langsung terseret dan bergulingan di tanah lapang.
"Coba sepuluh orang!" Â Guru Paruhum punya ide yang lebih gila dari Poltak.
Ternyata sepuluh anak juga belum cukup tangguh untuk mengalahkan tim tarik tambang SD Hutabolon. Latihan keras telah membuat mereka kuat dan kompak. Â Kompak, itu kuncinya.
"Bagaimana kalau tim kita adu dengan bapak-bapak guru?" Â usul Poltak. Â Guru Paruhum membeliak. Â Tak terpikir olehnya cara segila itu. Tapi dia tak menampik juga.
Pertandingan antara tim tarik tambang dan tim guru diadakan suatu pagi  sebelum masuk kelas, seusai senam pagi di lapangan sekolah.  Semua ada enam orang guru:  Guru Barita, Guru Marihot, Guru Paruhum, Guru Harbangan, Guru Ambolas, dan Guru Gayus. Wasitnya Guru Henok, kepala sekolah.
Enam orang anak kecil melawan enam orang bapak-bapak. Â David-David melawan Goliat-Goliat. Â Para David tentulah akan mudah ditaklukkan para Goliat.
Murid kelas satu sampai kelas tiga menjadi pendukung tim guru. Â Sedangkan murid kelas empat sampai kelas enam mendukung tim tarik tambang. Â Lapangan riuh oleh teriakan para pendukung masing-masing tim.
"Siap!" Guru Henok memberi aba-aba. Â "Satu! Dua! Tiga!"
Tambang menegang. Tim tarik tambang bergeming. Â Tim Guru juga bergeming. Â Tampak sama kuat. Â Sorak-sorai para pendukung membahana.
Setelah bergeming sekitar dua menit, tim guru mulai tampak kedodoran. Â Guru Paruhum yang berada di depan jatuh terduduk. Serentak lima orang guru di belakangnya berantakan. Â
Tim Guru mengaku kalah. Â Terbukti, kuat saja tidak cukup. Kekompakan dan teknik, itu kunci. Itu yang membuat para David menaklukkan para Goliat pagi itu.