Poltak jeda mengambil nafas. Teman-temannya menanti tak sabar.
"Nah, di situ ada seekor harimau dan seekor beruang awetan. Aku didudukkan amangudaku di punggung harimau itu. Aku juga diperbolehkan memeluk beruang itu. Begitu. Aku tidak bohong, kan, Gurunami?"
"Ooo, menunggang harimau mati, memeluk beruang mati rupanya. Aku juga berani kalau begitu." Jonder merasa menang, tanpa kelahi.
"Tapi kau belum pernah ke kebun binatang, Jonder!" sikat Berta.
"Oii, pariban!" Alogo meledek, disambut tawa riuh anak-anak lainnya.
"Sudah, sudah. Lonceng masuk kelas sudah berdentang. Ayo, sana, masuk kelas semua." Guru Gayus menghalau Poltak dan kawan-kawannya.
Di dalam kelas, Polmer menyempatkan diri mendekat kepada Poltak. Â
"Poltak, benar, kan? Aku tak seperti mawas." Dia berbisik keras ke telinga Poltak.Â
Sungguh, ekspresi wajah Polmer mengingatkan Poltak pada roman muka mawas di kebun binatang. Apakah itu perlu dikatakan? (Bersambung).
Â
Â
Â
Â
Â