Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #027] Tiga Babi dari Panatapan

6 November 2020   20:54 Diperbarui: 7 November 2020   13:26 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesuai tuntutan cerita, Si Anak Hilang berusaha keras merebut sebutir onde dari tangan Binsar. Tapi Binsar sedang menjadi babi rakus yang ogah berbagi. Digigitnya tangan Tongam tanpa ampun.

"Amangoi! Sakit kali!" Tongam Si Anak Hilang menjerit kesakitan. Air matanya menggenang. Tapi malu meraung.  

Gagal merebut onde dari tangan Binsar, Tongam beralih hendak merebut onde di tangan Poltak. Tapi sebelum menyentuh Poltak yang sudah pasang kuda-kuda babi, Bistok sudah keburu menyeruduknya. Tongam terpelanting dan terbanting ke lantai seperti pisang tumbang.  

Kali ini Tongam tak kuat lagi menahan amarahnya. Sambil meraung dia bangkit menerjang hendak meninju Bistok. Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti. Seseorang mencengkeram kerah bajunya dari belakang.

"Hei, jongos jelek! Kau mau curi makanan babiku, ya! Dasar tak tahu diri! Kau kupecat! Pergi sekarang dari sini!"  Pemilik ternak babi, majikan Si Anak Hilang marah besar.  Si Anak Hilang diusir dengan kasar. Didorong sampai terpelanting.  Memang begitulah ceritanya.  

Tepuk tangan, suitan, dan sorak-sorai penonton membahana. Adegan perkelahian antara tiga ekor babi dan Si Anak Hilang itu sangat meyakinkan. Sangat nyata. Penonton ikut tegang. Terbawa emosi. Puas.

Perkelahian tiga babi dan Si Anak Hilang menjadi adegan terbaik dari tonil anak-anak Sekolah Minggu pada Malam Natal itu.  Menenggelamkan pamor tonil umat dewasa yang mengikut. Dalam perjalanan pulang ke rumah, adegan luar biasa itulah yang dibicarakan umat. Sambil memuji lakon Poltak, Binsar, Bistok dan Tongam.

Sejatinya, adegan spektakuler itu adalah pelampiasan ketakpuasan dan dendam Poltak, Binsar dan Bistok. Tapi tak seorang pun di antara umat Katolik Aeknatio yang tahu tentang itu. Tidak ada, kecuali tiga orang anak kecil,  Tiga Babi dari Panatapan. (Bersambung).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun