Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #027] Tiga Babi dari Panatapan

6 November 2020   20:54 Diperbarui: 7 November 2020   13:26 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peran itu membuat Tongam terbawa sombong. Terlebih terhadap tiga sekawan Poltak, Binsar dan Bistok.  Kekalahannya dalam adu kuat lawan kerbau, dulu pada perkara rebutan padang penggembalaan di lembah Holbung, dirasakannya terbayar sudah.

Sikap Tongam itu membuat dongkol hati Poltak, Binsar dan Bistok. Diam-diam, mereka sekongkol membalas dendam pada waktu yang tepat.

Layar panggung ditutup. Babak pertama tonil sudah usai.  Sebagai selingan, tarian anak-anak dipentaskan. Para orangtua hilir-mudik memberi sumbangan.

Sementara itu kakek-nenek Poltak, ayah-ibunya dan adik-adiknya mulai resah menunggu penampilan Poltak. Begitu pun  ayah-ibu dan kakak-adik dari Binsar dan Bistok. Mereka ingin juga bersorak menyemangati jagoannya.

Babak kedua dimulai. Layar panggung dibuka. Tampak Si Anak Hilang berpakaian compang-camping, melangkah terhuyung, membawa makanan babi dalam ember. Di pojok panggung, tiga ekor babi cemong, diperankan tiga anak laki, menguik dan mengiak berisik, tanda lapar.

"Poltak! Binsar! Bistok! Tiga babi dari Panatapan! Libas!" Tiba-tiba Ama Ringkot berteriak dari barisan belakang. Rupanya dia cepat mengenali tiga anak pemeran babi itu. Teriakan itu kontan mengundang gelak-tawa hebat seakan meledakkan gereja kecil itu.

"Jangan perdulikan. Ayo, hajar Si Tongam." Binsar berbisik menyemangati Poltak dan Bistok. Peran sebagai babi itu telah menjatuhkan harga diri mereka di hadapan Tongam. Pak Porhanger memang luar biasa.

"Bah, Poltak. Kenapa kau cuma jadi babi, amang. Dikebiri pula nanti kau," keluh Kakek Poltak, disambut tawa penonton.

Si Anak Hilang meletakkan ember makanan di depan tiga ekor babi itu. Saat latihan, ember itu kosong. Tapi sekarang ada isinya: delapan butir kue onde ketawa. Itulah pangkal kehebohan.

Binsar itu pengidap Sindrom Onde Ketawa, penggemar garis keras kue onde ketawa.  Dia rela melepas celana demi sebutir kue itu.  Soal itu tak diketahui Pak Porhanger. Dia agaknya terbilang gembala yang tak mengenal domba-dombanya dengan baik.

Demi melihat onde ketawa bergelimpangan di dalam ember, congok Binsar langsung melonjak ke level sepuluh. Kontan diraupnya empat butir. Poltak dan Bistok tak ketinggalan. Masing-masing kebagian dua butir. Layaknya babi congok, tiga sekawan itu menggerogot onde ketawa berdecap-decap.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun