sendiri."
Aku bisa mendengar, meskipun secara tidak langsung, Lembu Suro mengancam apabila Romo Prabu tidak menerima panangannya. Dia sesumbar akan memenuhi apa saja permintaan Romo Prabu maupun permintaanku. Inilah kesempatanku, aku akan mengutarakan permintaanku, seperti yang telah diajarkan oleh Eyang Mpu Barada.
Seorang dayang utusan Romo memanggilku. Aku keluar tetap memakai cadar supaya Lembu Suro tidak melihat wajahku. Aku duduk di dekat Romo dan ibundaku. Paman Narotama dan Bibi Sekar Tanjung juga mendampingi Romo, bersama beberapa dayang dan punggawa.
Tanpa rasa malu, Lembu Suro menyambut kedatanganku dengan sambutan yang kelewat akrab, "Diajeng, aku sangat bahagia akan kehadiranmu. Tak sabar rasanya untuk mendengar bahwa engkau menerima pinanganku. Aku tadi sudah mengungkapkannya kepada Romo Prabu."
"Aku akan menerima pinanganmu, namun ada syaratnya," kataku padanya.
Dengan penuh semangat Lembu Suro menjawab, "Katakan, cepat katakan,
Diajeng, aku akan segera memenuhinya."
"Kuminta jangan panggil aku diajeng, panggil namaku saja."
Mendengar ucapanku, Lembu Suro tertawa terbahak bahak. Tawanya
 terdengar bagai gelegar guntur yang membelah bumi.
Wah, jangan-jangan dia keturunan raksasa, tertawanya sampai menggetarkan