Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aparat Panik - 1 : Sang Komandan

6 Mei 2024   04:07 Diperbarui: 6 Mei 2024   07:23 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kepanikan (sumber : pribadi, bing.com) 

Terkisahkan. Saat itu, ada seorang siswa yang jatuh sakit dengan derita asma. Sehingga keadaannya agak sedikit merepotkan. Tenaga Kesehatan yang ada di poliklinik tempat Pendidikan militer tidak cukup mampu menangani kasus serupa itu, sehingga siswa yang sakit perlu dirujuk ke rumah sakit.

"saya akan tanggungjawab. Ada panitia yang bisa mengurus itu ke rumah sakit.." ungkapku kepada Sang Komandan. Ucapan itu, dilanjutkan dengan memerintah salah seorang panitia guru untuk mengoperasikan kendaraan madrasah mengantarkan siswa ke rumah sakit terdekat. "Panitia yang, seperti biasa, cek Kesehatan teman-teman, dan anak-anak PMR (palang merah remaja), turun dan rawat anak-anak.." titah panitia lain, melanjutkan sikap kami saat itu.

Dalam situasi serupa itu. Sang Komandan masih tetap berisik, ngomel sana-sini.  Mengeluarkan umpatan, bahwa panitia tidak memiliki kompetensi melatih fisik. "Kami tahu dan paham kondisi ini. Kamu tidak memiliki pengetahuan melatih fisik. Makanya, lihat anak-anak banyak yang jatuh sakit dan celaka. Coba kalau kamu nurut SOP yang kami punya, tidak akan ada kejadian seperti ini..." omelan dan hardikan, yang sama sekali tidak terpahami oleh panitia. Masih bingung dan tidak jelas, ke mana arah pembicaraan di maksud.

Sekedar informasi. Di pagi itu, menurut jadwal acara, mulai pukul 07.00 -- 11.00 WIB, agendanya adalah jurit medan. Materi acaranya sangat sederhana. Berjalan di selokan air, merayap, merangkak dan baris berbaris. Tidak ada kontak fisik. Kontak fisik adalah tindakan yang terlarang dalam acara itu. Jarak tempuh pun, masih bisa dijangkau. Tidak lebih dari 2 jam untuk perjalanan berjalan santai. Hanya karena ada haling rintang dan pos penugasan, mungkin jadi perjalanan bisa mencapai 3 jam kurang lebih dalam putaran kegiatan di maksud. Materi acara ini, dalam suasana medan yang landai, cuaca yang sejuk bersahabat, alam yang berrumput, ruang terpantau dan jarak tidak jauh dari lokasi panitia utama, bahkan gerak-gerik panitia pos pun sangat terkontrol, rasanya tidak ada masalah yang perlu diperdebatkan.

Satu hal yang memang factual. Kelelahan dan kurang tidur, serta tidak terjaganya asupan peserta didik, potensial menjadikan fisik peserta didik menurun. Selain factor mental, namun beberapa factor itulah yang bisa menjadi penyebab jatuhnya sejumlah peserta didik dalam kegiatan tersebut.

Panitia paling senior, berdiri di samping, menyentil tanganku, dan memberikan kode. "malu sama anak-anak.." ungkapnya secara lirih. Sebagai senior yang juga pimpinan rombongan dari madrasah saat itu, mengingatkan pada situasi, karena disamping kanan-kiri banyak siswa kami berdiri. Beliau merasa risih, saat anak-anak peserta kemah Pendidikan melihat guru-gurunya dibentak aparat militer di lokasi kegiatan.


Karena kode dari pimpinan itulah, sesaat kemudian suasana mereda. Kami yang hadir dan berada di kerumunan itu, menurunkan tensi ketegangan. Atau lebih tepatnya harus ada diantara kami yang bersedia menurunkan tensi kesalahpahaman pagi hari itu, untuk segera bisa menemukan solusi terbaik untuk keberlanjutan kegiatan kemah pendidikan.

Saya sadar. Dengan menurunkan tensi dan hasrat berdialog, bukanlah solusi tepat untuk menemukan kebenaran. Tetapi, demi kebaikan kita, kebaikan orang lain, atau kebaikan bersama, rasa-rasanya penurunan ketegangan atau ego menjadi cara yang cocok untuk dilakukan. Hemat kata, andai filosof berkata bahwa nilai keagungan itu ada pada kebenaran, kebaikan dan keindahan, ternyata dalam prakteknya, mempromosikan nilai-nilai tersebut perlu didukung dengan kemampuan mengurangi egoism sehingga tensi ketegangan dapat dikurangi, dan nilai kebajikan menguat ke permukaan.

Seniorku, adalah pimpinan. Beliau mengambil keputusan untuk meredakan situasi, dan mengambil langkah manut terhadap situasi. Kegiatanpun di jeda beberapa saat. Kami pun mengambil posisi pasif, dengan menunggu situasi, sambil mengurusi beberapa anak-anak yang mengalami masalah Kesehatan baik yang ada di tenda, maupun yang dibawa ke rumah sakit.

"dihadapan orang serupa itu, kita akan tetap tersudutkan...." ungkap kawan kita yang  lain, selepas kami bubaran dari intrik kesalahpahaman pagi itu. 

Mendengar komentar itu, ada yang tertawa terkekeh-kekeh, dan ada pula yang menertawakan 'kematian identitas' rekan mereka yang terbiasa dengan vokalitas nalar yang kuat, namun di sore itu, dibungkam oleh suara ledakan yang menyeruak mendampingi selongsong senapan yang ada dipingganggnya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun