Saya berfikir, pasti hal ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Akhirnya, kami sepakat untuk melanjutkan perjalanan..
Untuk persiapan, mesin perahu diperiksa dengan teliti, untuk memastikan bahwa perahu mampu menerjang tumbuhan eceng gondok yang menutupi sebagian besar permukaan danau.
Setelah semua siap, pemilik perahu langsung memacu mesin 7 PK tersebut dengan tenaga maksimal.Â
Adrenalinku naik ke ubun-ubun, karena "halu", kalau-kalau perahu menabrak ular Anaconda raksasa seperti di sungai Amazon, atau terbentur dengan mbahnya buaya Kalimantan yang lagi mengambang...bisa ambyar semuanya!
Ini bisa saja terjadi, karena sejauh mata memandang, semua teralingi tumbuhan parasit ini.
Perahu terus melaju, setelah jarak tempuh kurang dari satu mil, mesin tiba-tiba mati!
Saya terdiam, apa yang saya bayangkan sebelumnya kini terjadi, perahu mengambang ditengah danau yang luas! Tanpa alat komunikasi apapun.
Pemilik perahu tetap bersikap tenang, tanpa bicara sepatah kata pun. Tiba-tiba si kapten membuka bajunya, dan dari buritan perahu, dia turun ke danau terus slulup.
Melihat itu saya semakin kawatir, bagaimana tidak, dibawah danau yang dalamnya hampir sepuluh meter, yang penuh ketidak pastian ini, sangat beresiko tinggi bagi keselamatan manusia.
Bisa jadi, buaya lapar atau ular piton yang sudah bangkotan menunggu dibawah air. Apalagi permukaan air tertutupi eceng gondok, semakin sulit saya mengetahui apa yang terjadi dibawah danau!
Tapi, tidak berapa lama, pemilik perahu muncul kepermukaan danau, sambil memberitahukan, bahwa baling-baling perahu terlilit akar-akaran..