Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Celepuk Rinjani, Pemburu Senyap dan Mitos Kematian, Predator yang Terbang Menuju Kepunahan

5 September 2025   09:40 Diperbarui: 5 September 2025   09:40 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Celepuk Rinjani (Sumber: Kompas/Danu Kusworo)

Siapa yang tidak kenal Rinjani, terletak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, gunung yang puncaknya mencapai ketinggian 3.726 mdpl. Rinjani merupakan salah satu gunung yang identik dengan keindahan kontur, bukit-bukit yang menawan di sekitarnya, hutannya yang rimbun, dan lanskap hamparan sawah yang memukau di kakinya.

Rinjani, gunung berapi yang masih aktif itu, tidak saja memiliki kecantikan alam dan hutannya yang rimbun tetapi juga menyimpan satwa endemik yang unik, Celepuk Rinjani.

Celepuk Rinjani adalah spesies burung hantu dengan nama ilmiah (otus jolandae). Pada mulanya, burung ini diduga sebagai celepuk Maluku (otus magicus) karena penampilan fisiknya yang mirip. Berdasarkan kutipan dari laman IDN TIMES celepuk Rinjani merupakan spesies burung hantu yang berbeda. Ia diidentifikasi sebagai spesies tersendiri celepuk dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Penemuan Celepuk Rinjani

Dilansir dari laman BBC News Indonesia, sejak abad ke 19, spesies ini bukanlah satwa asing di kalangan para ilmuwan. Celepuk Rinjani pertama kali ditemukan naturalis Inggris, Llfred Everett pada Mei 1896. Karena ilmu taxonomi belum berkembang seperti sekarang, saat itu Celepuk Rinjani diduga termasuk spesies yang sama dengan Celepuk Maluku (Otus magicus) yang tersebar di wilayah Maluku dan Nusa Tenggara.

Belakangan satwa nokturnal (aktif pada malam hari) ini berhasil diidentifikasi sebagai jenis celepuk tersendiri. Setelah melakukan penelitian selama sepuluh tahun, pasangan suami istri ahli burung Dr. George Sangster dan Dr. Jolanda Luksenburg dari Swedia, secara resmi mempublikasikan hasil risetnya pada tahun 2013. 

Berdasarkan suara uniknya Sangster berkesimpulan bahwa Celepuk Rinjani merupakan spesies tersendiri yang kemudian diberikan nama Latin Otus Jolandae. Sangster menisbatkan nama Latin Jolandae kepada nama Jolanda Luksemburg sebagai penghormatan kepada istrinya. 

Ciri fisik Celepuk Rinjani

Jika burung hantu pada umumnya memiliki bentuk tubuh yang cenderung besar, Celepuk Rinjani sebaliknya. Ciri fisik hewan karnivora ini ditandai dengan ukuran tubuh yang relatif kecil. Panjangnya berkisar 15 hingga 17 cm, sedikit lebih besar dari ukuran burung merpati. Ukuran itu menempatkan celepuk Rinjani sebagai burung hantu terkecil di Indonesia. 

Celepuk Rinjani memiliki bulu dasar berwarna coklat. Pada sekujur sayap dan tubuh bagian atas terdapat pola totol-totol putih. 

Seperti mata khas burung hantu pada umumnya, Celepuk Rinjani memiliki mata berukuran besar dan berbentuk bulat. Pada area kornea berwarna kuning dengan pupil yang hitam. 

Satwa nokturnal (aktif pada malam hari) itu memiliki jumbai telinga berbulu, menambah kesan unik pada penampilannya. Wajahnya membentuk "cakram ganda" dengan batas kehitaman dan putih, berfungsi untuk mengumpulkan suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun