Saya memasuki halaman sekolah sore itu. Biasanya sepi, kecuali saat anak-anak mengikuti kegiatan latihan pramuka atau kegiatan ekstrakurikuler pada hari-hari tertentu.
Saat saya memasuki gerbang terlihat sebuah pemandangan yang berbeda. Sekumpulan anak-anak dengan pakaian tidak seragam tampak duduk berkerumun dalam beberapa kelompok di halaman sekolah.
Di atas hamparan paving block tempat mereka duduk, berserakan stik es krim. Sebagian stik itu masih utuh dan sebagian lagi telah dipotong-potong.
Saya menghampiri salah satu kelompok. Rupanya mereka mendapatkan tugas untuk membuat karya tertentu dengan bahan-bahan yang tersedia di sekitar mereka.
Sepasang tangan mungil terlihat tengah berusaha memotong stik. Dalam beberapa helaan napas berikutnya, sepasang tangan mungil lainnya mengambil salah satu potongan stik.
Sejenak kemudian anak lainnya mengambil batangan lem tembak. Tanpa pistol pemanas lem, dapat dipastikan anak itu tahu cara kerja bahan perekat di tangannya. Salah satu ujung lem dipanaskan sampai meleleh. Lelehan itu kemudian digunakan untuk merekatkan stik es krim tadi ke sebuah miniatur bangunan rumah yang sudah hampir selesai.
Seorang siswa lain dalam kelompok yang berbeda berusaha menarik perhatian saya. Gadis kecil dengan kulit kuning langsat bermata sipit mirip Tionghoa itu dengan bangganya menunjukkan sebuah miniatur perosotan di halaman bangunan mungil yang sudah dibuat bersama kelompoknya. Saya tidak banyak bertanya. Tetapi saya percaya itu adalah wujud dari daya kreativitas mereka.
Setiap kelompok melakukan hal yang sama, membuat miniatur bangunan. Masing-masing kelompok memiliki desain sendiri.
Sepintas kegiatan anak-anak itu terlihat biasa. Namun, di balik aktivitas itu mereka terlihat serius dan larut dalam bekerja. Pada saat yang sama, ekspresi mereka tampak nyaman dan menunjukkan kebahagiaan. Tidak terlihat kesan terpaksa pada tatapan mata dan kernyit dahi di wajah-wajah mereka yang lugu.
Di bawah rindang pohon mangga mereka berusaha membuat sebuah karya, mengekspresikan ide dan imajinasi masing-masing. Melalui kerja sama mereka mengkombinasikan ide dan imajinasi kolektif dalam kelompok menjadi sebuah miniatur bangunan.