Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seorang Pria dan Pupuk

21 Januari 2024   10:32 Diperbarui: 21 Januari 2024   10:39 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pria itu mendesah panjang.

"Ada apa?" saya bertanya sambil menguap sedikit ngantuk siang itu.

Sembari menduduki bangku panjang itu, dia berkata, "Padi saya belum dipupuk."

"Kenapa?"

"Belum ada pupuk."

"Tidak ada ada yang dijual? Atau...?"

"Langka dan harganya mahal," sergahnya memutuskan pertanyaan saya.

"Mahalnya berapa?"

"700 sampai 800 ribu," kata pria itu menyahut ketus.

Saya tahu keketusan itu bukan diarahkan kepada saya tetapi pada harga pupuk dan kelangkaannya.

Wajah petani sedang muram. Tidak saja karena tanaman tumbuh dengan segan karena kekurangan air. Mereka juga dirundung kelangkaan pupuk dan harganya yang melambung.

Lombok Timur 21 Januari 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun