"Ton"
"Ton, yang kuat ya, aku turut berduka cita"
"Eh iya iya Din," Anton buru-buru menutup buku diary adiknya lalu mengulurkan tangannya,
"Terima kasih Din"Â
Anton berpaling lalu menangis. Cita-cita adiknya menjadi Pastor menyeruak datang, membawa sesal dan amarah. Sesal karena ia tak mampu menggantikannya merawat ibu dan marah karena kakaknya yang egois sehingga membuat adiknya harus keluar dari seminari!Â
"Mas Anton? Boleh prosesi pemakaman kami lanjutkan dengan misa?"
"Iya romo, maaf, silakan"
.
.
.
seperti daun dalam hempasan angin,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!