Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Marah yang membawa Luka

25 Juni 2025   18:00 Diperbarui: 25 Juni 2025   10:24 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Marah yang Membawa Luka

Melati gugur di matamu yang basah
Ada yang patah tapi tak bersuara
Remuknya hati tak sempat kau rasa
Aku hanya bayang-bayang yang kau bunuh
Hari pun enggan tinggal bersamaku

Yang kau tinggal hanya jejak dingin
Air mata tak sempat jadi hujan
Nafas kita saling tak mengenal
Gelap malam berselimut kata maaf

Mengapa cinta menjadi bara diam?
Ekor waktu tak bisa mundur
Mataku jenuh menatap kehampaan
Berulang luka dari bibirmu
Ada sunyi yang tak bisa ditulis
Wajahmu hilang dalam gema kecewa
Aku masih menunggu angin reda

Baca juga: Puisi: Angpao Merah

Lalu harus kemana rindu ini?
Untuk apa dendam dipeluk erat?
Kau tak tahu sepi bisa berdarah
Aku marah karena terlalu mencinta

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun