Dalam dunia kerja yang penuh tekanan dan ketidakpastian, muncul sebuah fenomena baru yang diam-diam menghantui para karyawan: quiet cutting.Â
Istilah ini mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, namun praktiknya sudah berlangsung sejak lama di balik layar banyak perusahaan.
Quiet cutting adalah metode pemutusan hubungan kerja (PHK) secara tidak langsung.Â
Bukan lewat surat pemberhentian yang eksplisit, melainkan dengan cara-cara halus seperti memindahkan posisi karyawan secara sepihak, menurunkan jabatan, atau memberikan tanggung jawab yang tidak relevan.Â
Harapannya, si karyawan merasa tidak nyaman, lalu mengundurkan diri dengan sendirinya. Dalam bahasa sederhana: perusahaan tidak memecatmu, tapi membuatmu ingin keluar.
Asal Usul Istilah "Quiet Cutting"
Istilah quiet cutting mulai populer pada tahun 2023, berbarengan dengan maraknya fenomena quiet quitting yang dilakukan oleh karyawan.Â
Jika quiet quitting adalah aksi diam-diam menarik diri dari tanggung jawab kerja karena merasa tidak dihargai atau lelah secara mental, maka quiet cutting adalah versi sebaliknya dari sisi perusahaan.
Perusahaan yang melakukan quiet cutting seolah ingin "balas diam-diam".Â
Daripada melakukan PHK secara terang-terangan yang membutuhkan biaya pesangon besar dan proses administratif yang panjang, mereka memilih jalan yang lebih tenang namun penuh tekanan: menggeser karyawan ke posisi yang tidak sesuai atau bahkan membuat mereka merasa tidak berguna.
Taktik Lama yang Dikemas Ulang
Meskipun istilahnya baru, praktiknya bukan hal baru. Di banyak perusahaan, terutama saat restrukturisasi atau efisiensi operasional, praktik semacam ini sudah dilakukan bertahun-tahun.Â