Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dipindah Tugas Tanpa Alasan? Waspadai Taktik Quiet Cutting di Kantor

24 Juni 2025   06:00 Diperbarui: 24 Juni 2025   20:29 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi PHK (sumber:freepik/pressfoto)

Menurut Forbes, quiet firing adalah strategi pasif-agresif yang lebih licik. Alih-alih memberikan kejelasan, perusahaan menggunakan ketidakpedulian sebagai senjata. 

Dan bagi karyawan, efeknya bisa sangat destruktif---tidak hanya terhadap karier, tetapi juga pada harga diri dan kesehatan mental.

Menghadapi Realitas, Menjaga Diri

Baik quiet cutting maupun quiet firing adalah cerminan dari budaya kerja yang tidak sehat. 

Sayangnya, dalam dunia kerja yang kompetitif dan kadang kejam, strategi ini masih kerap terjadi, bahkan di perusahaan besar sekalipun. Maka dari itu, kita harus waspada dan cerdas membaca situasi.

Jika kamu mulai merasa dijauhkan dari tim, diturunkan tanggung jawabnya, atau tiba-tiba dipindahkan tanpa alasan jelas, mungkin ada sinyal bahwa kamu sedang "dipersiapkan" untuk keluar. 

Di titik ini, penting untuk mengevaluasi situasi, berkonsultasi dengan mentor atau pihak profesional, dan merencanakan langkah selanjutnya---apakah itu bertahan dengan strategi baru, atau mempersiapkan diri mencari tempat kerja yang lebih sehat.

Yang paling penting: jangan menyalahkan diri sendiri. Kamu tidak sendirian. Fenomena ini terjadi di banyak tempat. 

Kuncinya adalah menjaga martabat, membela hak secara elegan, dan terus berusaha tumbuh dalam kondisi apapun.

Penutup: Menuju Dunia Kerja yang Lebih Manusiawi

Quiet cutting dan quiet firing adalah dua wajah dari sistem kerja yang mulai kehilangan empatinya. 

Di tengah tekanan ekonomi dan kompetisi yang tinggi, perusahaan sering lupa bahwa di balik angka dan target ada manusia dengan rasa, harga diri, dan harapan.

Sudah saatnya perusahaan mengambil pendekatan yang lebih transparan dan adil dalam mengelola SDM. Dan bagi kita, para pekerja, menjaga kesehatan mental dan martabat dalam bekerja adalah prioritas utama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun