Sebaliknya, jika kamu sudah tidak tinggal dengan orang tua, masih membayar sewa tempat tinggal, dan memiliki pekerjaan dengan mobilitas rendah (misalnya remote atau hybrid), maka membeli rumah bisa menjadi keputusan yang lebih strategis.Â
Rumah bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga perlindungan dari inflasi biaya sewa yang hampir pasti naik setiap tahun.Â
Dengan memiliki rumah, kamu bisa memutus siklus menyewa yang secara jangka panjang sebenarnya boros dan tidak memberikan nilai investasi.
Ada pula kondisi unik, seperti mereka yang sudah memiliki mobil namun masih tinggal bersama keluarga.Â
Dalam kondisi ini, kamu memiliki lebih banyak fleksibilitas untuk mempertimbangkan pembelian rumah, karena mobilitas sudah terpenuhi dan belum memiliki tanggungan tempat tinggal sendiri.
Perubahan Nilai: Aset vs Liabilitas
Secara ekonomi, nilai rumah dan mobil bergerak ke arah yang berlawanan. Mobil umumnya kehilangan nilai 20-30% hanya dalam tahun pertama, dan akan terus menurun tajam seiring pemakaian.Â
Kecuali dalam kasus khusus seperti mobil kolektor atau antik, mobil adalah barang konsumsi yang nilainya menyusut dari waktu ke waktu.
Sementara itu, rumah dan tanah cenderung mengalami kenaikan harga karena adanya kelangkaan lahan, pertumbuhan penduduk, dan pengembangan infrastruktur.Â
Di daerah-daerah berkembang, harga rumah bisa meningkat dua kali lipat dalam 5 hingga 10 tahun. Maka dari itu, rumah kerap dianggap sebagai instrumen investasi jangka panjang yang relatif aman.
Namun penting juga untuk dicatat, baik rumah maupun mobil akan menimbulkan biaya tambahan berupa biaya perawatan.Â
Untuk rumah, ini bisa berupa biaya perbaikan, pajak bumi dan bangunan (PBB), serta biaya keamanan atau kebersihan jika tinggal di perumahan.Â