-- Memudahkan dalam perawatan (Konservasi Lereng)
-- Memperpanjang wilayah resapan air-
- Memperpendek panjang lereng dan atau memperkecilkemiringan lereng
-- Mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off)
-- Dapat dipakai untuk landscaping Selain sistem bercocok tanam dengan metode hidroponik dan terassering,kita juga bisa menggunakan metode screen house (rumah kaca) yang bisa diterapkan oleh para petani yang tinggal didaerah dengan suhu 23 derajat celcius, meskipun biaya yang dikeluarkam cukup banyak nyatanya hasil memang tidak bisa berbohong.
Hasil panen sistem ini tidak kalahsehat dengan hasil panen sistem tanam hidroponik dan sebanding dengan biaya yang dikeluarkan, mungkin banyak yang bertanya apa bedanya antara screen house dengan green house.
Menurut saya antara keduanyatidaklah terlalu berbeda, persamaan tersebut seperti dalam hal bentukkonstruksi, baik menggunakan model piggy back (joglo), tunnel houseatau shadinghouse tinggal kita menyesuaikan dengan daerah dimanascreen house akan dibangun.Â
Begitu juga bahan pembentuk konstruksinyapun sama, bisa menggunakan bahan dari bambu, kayu, beton atau daribesi.Screen house saya menyebutnya karena seluruh bangunan house menggunakan screen sebagai media penutupnya. Sedangkan green housebiasa menggunakan UV, Polykarbonat, plastik atau kaca sebagai penutupseluruh house atau sebagiannya. Kemudian, budidaya disini tanpamemakai drift irigation system yang biasa digunakan pada green house.Mengenai perbedaan antara keduanya secara lebih jauh akan dibahasdalam artikel lainnya.
Dengan menerapkan pola screen house sederhana,dapat memberkan beberapa keuntungan, antara lain;
1. Pengaturan jadwal produksi
Pertanian di Indonesia seperti kita ketahui, sangat tergantung pada keadaan cuaca dan juga terkadang susahdiprediksi yang akhirnya petani sulit menentukan jenis tanaman yangakan diproduksi.