Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Tigabelas Halaman Fiksi Mini untuk 13 Tahun Kompasiana

27 Oktober 2021   10:33 Diperbarui: 29 Oktober 2021   00:45 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerpen : Tigabelas Halaman Fiksi Mini untuk 13 Tahun Kompasiana

Halaman 1

Cahaya rembulan mulai menipis. Setipis gaun pengantin yang dikenakan pengantin wanita pada malam pertamanya. Aku masih membaca. Puisi indah dari Ali Musri Syam membawa pikiranku sangat puitis. Aku menjadi teringat dengan cerita tentang malam pengantin.

Halaman 2

Ku buka halaman kedua. Sebuah puisi apik dan menarik dari Pak Bambang Syairudin dan Arif RS menjadi bacaanku di tengah malam buta ini. Semesta sunyi. Angin tak berdesis. Pergi entah kemana seiring mulai terkantuknya aku terbawa alunan cerita puisi yang menarik itu. 

Halaman 3

Sebuah sapaan khas Selamat Pagi dari begawan Kompasiana Pak Tjipta mengawali pagi ku yang damai. Sementara suara religius terdengar sangat indah dari corong pengeras suara Masjid. Aku bergegas mengambil air wudhu. membasuh tangan hingga kakiku. Diatas sajadah, aku bersujud memohon ampunan kepada Allah SWT, Sang Maha Pencipta. Sementara sapaan selamat Pagi belum sempat ku balas.

Halaman 4

Cahaya matahari mulai berkemas-kemas. Aku pun berkemas. Mata ku masih melirik sebuah karya emas Pical Gandi yang belum sempat ku baca tadi malam. Sementara dijalanan, suara knalpot kendaraan dan asap saling bersahutan. Tiba-tiba dadaku terasa sesak. Teramat sesak. Teringat dengan puisi yang belum sempat ku baca tadi.

Halaman 5

Aku tiba-tiba ingin menikmati makanan khas Kota Toboali, Lempah Kuning Ikan  usai membaca artikel Sapta Wahyu  yang apik dan mengundang selera perutku. Aku teringat kemnali dengan masakan Almarhumah Ibu yang amat kesehor dan rasanya enak sekali. Almarhumah Ibu memang pintar sekali membuat perut anak-anaknya bahagia. Alfatihah buat Ibu dan ayahanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun