Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Memento Mori, Memori, dan Kilas Balik Mimpi

6 November 2020   08:45 Diperbarui: 6 November 2020   14:06 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: payless-liquors.com

Segulung gelombang menghampiri hujan di tepi pantai yang lengang. Seperti kehadiran memento mori yang begitu tiba-tiba di waktu senggang.

Aku berdiri. Menyalakan api dari sisa-sisa mimpi. Barangkali masih ada suar yang bisa dinyalakan. Sebelum langit berikut rembulannya berangsur padam.

Seolah menciptakan filosofi. Secangkir kopi panas mengepulkan memori. Perlahan menaiki benak. Menerobos sela-sela sinapsis otak yang beronak.

Sederet embun bergelantungan seperti menampilkan pertunjukan trapeze dari mediteranian. Mengayunkan kenangan ke kiri dan ke kanan. Lalu jatuh berantakan. Di antara ritmik masa silam yang lintang pukang.

Aku merenung. Di balik bayangan mendung yang murung. Kilas balik berlompatan secepat rusa sambar di savana. Membuatku terpana. Rupanya ini adalah kisah yang sempurna. Seburuk apapun aku menduganya.

6 Nopember 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun