Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Semerbak Petang Saat Kedatangan Kunang-kunang

13 Oktober 2020   18:18 Diperbarui: 13 Oktober 2020   18:29 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://storage.de.cloud.ovh.net

Semerbak aroma hujan menyergap rerumputan. Sore ini, ketika sandyakalaning ratri menutup hari dengan rapi.

Cemara dan Kamboja saling bertukar cerita. Seperti apa takdir perbukitan dan kuburan. Saat menumbuhkan pepohonan dan juga batu nisan.

Langit tidak semurung wajah para perundung. Kapas-kapas berjatuhan seperti musim salju. Berkas-berkas dibuka kembali dari arsip masa lalu.

Kau membetulkan letak daun Anggrek Bulan. Sedangkan aku memilih memandangi petang yang sedang menuruni undak-undakan. Kemudian kita sama-sama patuh kepada kerinduan. Dengan berkhidmat pada sajak-sajak yang ditulis secara kebetulan.

Kau menutup daun jendela yang dipenuhi jejak tempias. Sedangkan aku meruangkan diriku di antara batas-batas para penyintas. Lalu kita sama-sama menghela udara di kedalaman rongga dada. Dengan merebahkan mata pada mimpi yang terbuka. Jauh di sana. Di saujana yang sama sekali tidak sederhana.

Malam melelehkan dirinya di antara nyala lilin yang redup. Menyambut kedatangan kunang-kunang. Sembari membenahi kegelapannya yang remang-remang.

Bogor, 13 Oktober 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun