Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wawancara Kematian

21 Oktober 2018   09:38 Diperbarui: 21 Oktober 2018   10:19 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.deathinjune.net

Gadis itu tersenyum. Tetap manis. Tapi kilau belatinya nampak jelas. Sewaktu-waktu siap dihunjamkan.

"Saya tidak tega tuan. Nyonya orang paling baik yang pernah saya kenal. Setiap hari dia selalu meratapi kematian supaya datang lebih cepat kepadanya. Saya hanya membantu memberi saran saja."

Tuan Baron mengangkat kepalanya,"saran apa?"

"Lebih baik nyonya menghampiri kematian daripada meratapinya. Mengadakan pesta untuk penyebab kematian adalah jalan terbaik untuk melupakan ratapan. Begitu Tuan."

"Lalu?"

"Nyonya dengan senang hati melaksanakannya. Saya senang melihat nyonya langsung berbalik bahagia. Sayalah yang kemudian mempersiapkan semua persiapan pesta. Terutama makan istimewanya"

"kamu pelayan atau chef?"

"Bukan Tuan, saya dulunya tukang daging di pasar membantu ayah saya. Saya pandai mencincang Tuan."

Tuan Baron mendadak mual perutnya.

----

Tuan Baron membereskan semua berkas. Sepertinya semua sudah siap. Dia yakin para perempuan psikopat itu bisa dipenjarakan. Dalam waktu yang lama. Tuan Baron tersenyum. Namanya akan tetap terjaga sebagai detektif ternama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun