Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perempuan Berkalung Malam dan Bergincu Kunang-kunang

30 Mei 2018   23:12 Diperbarui: 30 Mei 2018   23:30 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku mengenangmu begitu dalam.  Wahai perempuan berkalung malam.  Cobalah hapus maskara di hatimu.  Barangkali kau bisa sedikit menghiburku.  Dengan bersenandung lagu tentang rindu.

Aku akan mendengarkan dengan seksama.  Memahat setiap syairnya di telinga.  Mengalirkannya dalam darah.  Mempertemukannya dengan cinta yang melimpah ruah.

Akhiri nyanyianmu dengan senyuman yang biasa diberikan seorang ibu kepada anaknya yang setengah terpejam di ayunan.  Begitu tulus.  Setulus pelukan hangat matahari kepada pagi yang setia menunggunya datang.

Bangkitlah berdiri.  Wahai perempuan bergincu kunang-kunang.  Ciumlah aku dari kejauhan.  Titipkan melalui angin yang lalu di hadapanku.  Aku akan menyimpannya dalam sehelai sapu tangan, yang aku rendam lama dalam kubangan kenangan.

Jika kau mau tidur.  Selimuti tubuhmu dengan doa-doa penghibur sesal.  Kau akan terlelap.  Dalam damai yang dihembuskan purnama yang lewat.  Biarkan cahayanya menjatuhi dengkurmu melalui atap.

Jakarta, 30 Mei 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun