Mohon tunggu...
Mia Ismed
Mia Ismed Mohon Tunggu... Guru - berproses menjadi apa saja

penyuka kopi susu yang hoby otak atik naskah drama. pernah nangkring di universitas negeri yogyakarta angkatan 2000. berprofesi sebagai kuli di PT. macul endonesa bagian dapor

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tanah Tembuni

1 Oktober 2019   09:15 Diperbarui: 1 Oktober 2019   10:08 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Guntoro              :"Kita harus segera ketemu, mendesak Emak untuk membagikan hak kita di kampong ini Bayu. Apa kamu bisa pulang secepatnya?. Ini Mas Gun pekalongan. Aku tunggu sekarang di rumah Emak."

Bayu aji                :"Sebentar-sebentar, ndak salah dengar saya Mas?"

Guntoro              :"Iya Masmu butuh uang cepat. Nggak ada jalan lain kecuali menjual tanah warisan. Atau kamu bisa mencarikan uang jaminan seratus dua puluh juta dalam minggu-minggu ini he!." (menghisap rokok teMbakau yang sedari tadi diselipkan ditangannya. telephone ditutup)

Ndaru                   : Ndaru terperanjat tongkatnya terjatuh dari sandarannya."Mas mau menjual tanah warisan bapak!? Sadar Mas Emak Masih hidup!"

Guntoro               :"Ndaru... Ndaru (tertawa ) kamu terlau muda, belum tau Masalah hidup. Suatu saat nanti kamu tahu betapa pentingnya harta untuk keluargamu. Sudah diam saja kamu!"

Seorang Lelaki berjaket kulit memasuki ruangan. Terlihat wajahnya tegang membawa helm berstiker bola.

Bayu aji                :"Ada apa sebenarnya Mas. Kok sepertinya serius. Emak mana?"

Guntoro               :"Jangan berisik. (matanya melihat kearah jendela) Jadi gimana Bayu, kapan kita bicarakan Masalah ini. Supaya kedatanganku ke kampung ini tidak sia-sia. (sedikit berbisik) Aku butuh uang untuk modal, usahaku macet. Apa kamu ndak butuh modal merubah nasib. Kamu mau hidupmu gitu-gitu saja dari dulu menjadi buruh? Kalau tanah ini kita jual kita bagi-bagi hasilnya kan lumayan. Istrimu bisa buka warung lagi dan anak-anakmu butuh uang buat biaya sekolah to? (Bayu tertegun dari kejauhan. Dilihat kedua Masnya sedang merencanakan sesuatu) Nah jangan munafik kita ndak mengharapkan warisan."

Bayu aji                :"Tapi ndak begitu juga to Mas. Masak kita buru-buru mendesak Emak."

(mukanya bingung ada sedikit keraguan bercampur takut)

Guntoro               :"stttt... kapan lagi. Lebih cepat Lebih bagus Bayu, kalo perlu malam ini kita ajak bicara Emak. Esok atau lusa bisa segera kepemilikan tanah itu sudah ada ditangan kita."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun