Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kebebasan dan Demokrasi

2 November 2021   21:07 Diperbarui: 2 November 2021   21:10 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: clapeyronmedia.com

Aku telah melalui masa dimana kebebasan pernah dikebiri dengan pisau yang mereka sebut azas tunggal, suara-suara dipaksa mengering bagai ranting rapuh yang daun-daunnya dirampas, lalu dibakar di lorong-lorong gelap demokrasi.

Aku telah melewati masa dimana politik itu hanya kuning, padahal merah dan hijau juga masih ada, dieksekusi di bilik-bilik terang yang remang-remang, yang jadikan pekik elang di siang hari menjadi kelepak sayap kelelawar di panjangnya malam

Aku telah melalui masa dimana kebebasan pernah diberi dengan eforia kebablasan yang mereka sebut reformasi, suara-suara dipaksa keluar bagai puting beliung yang terjangannya membabi buta, lalu membakar lorong-lorong kebangsaan atas nama demokrasi

Aku telah melewati masa dimana politik itu berwarna-warna, hingga orang-orang bingung dan menjadi buta warna, suara rakyat lebih banyak mengalir di jalanan, sebab dirumah aspirasi mulut-mulut itu dikunci oleh rasa lapar yang menjadikan malaikat pun tak sanggup terbang.

Aku telah melewati semuanya, kebebasan yang paripurna dan demokrasi yang sempurna masih menjadi mimpi di siang bolong.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun