Setiap kali saya menjejakkan kaki di Semarang, ada satu ritual yang tak pernah saya lewatkan: menyusuri Gang Grajen, lorong kecil yang menyimpan rasa besar.Â
Di sanalah berdiri kedai mungil Loenpia Mbak Lien, penjaga warisan kuliner khas Semarang yang melegenda.Â
Loenpia Mbak Lien telah menemani perjalanan saya sejak dulu sebagai pelanggan, sebagai penikmat, dan sebagai saksi hidup dari sebuah tradisi yang tak lekang oleh waktu.
Sejarah Loenpia Semarang: Cinta yang Menggulung Rebung
Kisah Loenpia Semarang ini bermula dari pertemuan dua penjual makanan: Tjoa Thay Joe, pemuda Tionghoa, dan Mbok Wasih, gadis Jawa. Alih-alih bersaing, mereka memilih bersatu, menyatukan resep, hati, dan masa depan.Â
Dari perpaduan itu lahirlah lumpia rebung yang dijajakan di Olympia Park, pasar malam Belanda yang kini tinggal kenangan.
Dari pernikahan mereka lahirlah generasi-generasi penjaga rasa, dan Mbak Lien merupakan generasi ketiga dari pasangan tersebut menjadi penjaga cita rasa dan etika berdagang yang tak tergantikan.
Kedai Loenpia Mbak Lien di Gang Grajen: Lorong Kecil, Rasa Besar
Meski beralamat di Jalan Pemuda, pusat kota Semarang, kedai utama Loenpia Mbak Lien hanya bisa dijangkau dengan menyusuri Gang Grajen sejauh 20 meter.Â
Kedai mungil ini didominasi warna kuning dan cokelat, bersih dan nyaman, meski terasa sesak saat musim liburan tiba.
Bagi yang ingin cepat, tersedia layanan ekspres di mulut gang. Menu yang dijual tetap sama dan cocok untuk oleh-oleh khas Semarang.Â
Bahkan bagi pelanggan di luar kota, Loenpia Mbak Lien bisa dipesan dan dikirim, dengan daya tahan hingga 36 jam pada suhu ruang.
Ritual Pribadi: Dari Semarang ke Dapur Bintaro
Sebagai pelanggan setia, saya selalu memilih Loenpia basah. Setiap kali pulang dari Semarang, saya membawa lumpia rebung ini ke rumah di Bintaro, lalu menggorengnya sendiri.Â
Aroma rebung mulai menguar, kulit lumpia menguning, dan suara gemericik minyak menjadi musik yang menyatukan kami sekeluarga.
Di momen itu, Loenpia Mbak Lien bukan lagi sekadar makanan. Ia menjadi penghubung antara kota yang saya cintai dan rumah yang saya jaga. Ia menjadi rasa yang saya rawat, bukan hanya saya santap.
Isi Loenpia Mbak Lien: Padat, Bersih, dan Kaya Varian
Cita rasa Loenpia Semarang ini dikenal manis-gurih, dengan aroma rebung yang bersih dan tidak pesing. Isian standar terdiri dari rebung, telur orak-arik, suwiran ayam, dan potongan udang.Â
Namun, Mbak Lien juga menghadirkan varian modern seperti kepiting, keju mozzarella, smoked beef, dan jamur, menjawab selera zaman tanpa mengorbankan identitas.
Setiap gulungan lumpia bukan hanya makanan, tetapi narasi tentang adaptasi, kreativitas, dan cinta terhadap warisan kuliner Indonesia.
Oleh-Oleh Khas Semarang yang Membawa Cerita
Bagi banyak pelanggan, termasuk saya, Loenpia Mbak Lien bukan sekadar oleh-oleh khas Semarang yang dibungkus rapi dan dibawa pulang.Â
Ia adalah buah tangan yang sarat makna, mengandung cerita cinta lintas budaya, tradisi kuliner yang bertahan puluhan tahun, dan jejak sejarah yang digulung dalam rebung, telur, dan kulit lumpia yang renyah.
Loenpia Mbak Lien menjadi ritual membawa pulang Semarang, menyatukan generasi, dan menjaga warisan rasa yang tak pernah lekang oleh waktu. Di setiap gigitan, ada nostalgia. Di setiap gulungan, ada cinta yang diwariskan.
Ia menjadi penghubung antara lorong sempit Gang Grajen dan ruang makan keluarga di berbagai kota.Â
Dari dapur kecil yang sibuk di Semarang hingga meja makan di Bintaro, rasa ini terus hidup, dimasak ulang, dibagikan, dan dirayakan bersama orang-orang tercinta.
Wasana Kata
Sebagai pelanggan yang telah menyusuri lorong ini sejak dulu, saya percaya bahwa Loenpia Mbak Lien bukan hanya soal rasa, tetapi tentang hubungan batin yang terjalin antara makanan dan manusia.Â
Ia mengajarkan bahwa warisan bukan hanya soal resep, tetapi tentang nilai, kebersihan, kejujuran, dan cinta yang tak pernah lekang.
Jika Anda mencari kuliner legendaris Semarang yang otentik, bersih, dan penuh cerita, Loenpia Mbak Lien adalah jawabannya.
Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara  & Penjelajah Kuliner Nusantara)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI