Dalam 24 jam terakhir, media internasional menyoroti tragedi Affan Kurniawan dan gelombang protes di Indonesia dengan intensitas luar biasa:
- Al Jazeera menulis: "Protests resume in Indonesia's Jakarta after ride-share driver killed" menyoroti kematian Affan sebagai pemicu utama kemarahan publik, serta tuntutan keadilan dan pencabutan tunjangan DPR.
- Associated Press (AP)Â melaporkan: "Tensions soar across Indonesia as protests against police erupt in multiple cities" menyoroti penggunaan water cannon, gas air mata, dan penahanan aparat.
- ABC Australia menyebut: "Indonesia's democracy faces setback" mengaitkan bentrokan aparat dengan kemunduran demokrasi.
- CNN International dan Taiwan Plus menyoroti gerakan #IndonesiaGelap sebagai ekspresi ketidakpuasan terhadap kepemimpinan dan sistem representasi.
Gambar-gambar dari lapangan, Affan yang dimakamkan diiringi ribuan ojol, kobaran api di depan DPRD, dan mahasiswa membentangkan kain putih bertuliskan nama-nama korban telah menjadi headline dunia. Indonesia sedang diuji bukan hanya oleh rakyatnya, tapi oleh sorotan global.
Presiden Melayat: Gestur yang Menyentuh, Tapi Belum Menjawab
Pada Jumat malam, Presiden Prabowo Subianto datang langsung ke rumah duka Affan Kurniawan. Ia memeluk sang ibu, menyampaikan belasungkawa, dan menyatakan bahwa pemerintah akan menjamin kehidupan keluarga korban. Ia juga menyampaikan permintaan maaf atas tragedi yang terjadi.
Namun, bagi sebagian masyarakat dan pengamat, gestur itu belum cukup. Direktur PARA Syndicate, Virdika Rizky Utama, menyebut bahwa permintaan kepercayaan dari Presiden lahir dari ketakutan, bukan pengakuan atas kegagalan struktural.Â
"Permintaan maaf adalah bentuk paling dasar dari tanggung jawab. Tapi Prabowo tidak memilih itu sebagai pengakuan publik. Ia memilih posisi netral, seolah hanya pengamat," ujarnya.
Bagi rakyat yang sedang berduka dan marah, pelukan dan janji belum menyentuh akar. Yang dibutuhkan bukan hanya pelayanan, tapi keberanian untuk mengakui bahwa sistem telah melukai.
Apakah Permintaan Maaf Presiden Cukup?
Presiden Prabowo telah melayat dan menyampaikan permintaan maaf. Tapi seperti yang disampaikan oleh Aliansi Perempuan Indonesia, gestur itu belum menyentuh akar. Mereka menyebut kematian Affan sebagai "simbol kekerasan negara yang sistematis".
Komjen Imam Widodo, Dankor Brimob, juga menyampaikan permintaan maaf dengan suara bergetar dan menegaskan tanggung jawab moral. Tujuh anggota Brimob telah dijatuhi sanksi penempatan khusus selama 20 hari.
Namun, publik bertanya: Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!