Pertanyaannya: apakah ini bentuk penebusan reputasi, atau strategi dominasi baru?
Sebagian melihat langkah ini sebagai upaya "membersihkan" citra lama yang lekat dengan rokok dan kontroversi kesehatan. Dengan masuk ke sektor makanan dan minuman yang lebih sehat dan ramah keluarga, Djarum membangun narasi baru: dari industri adiktif ke industri afektif.
Namun ada pula yang membaca ini sebagai perluasan kekuasaan konsumsi. Dengan menguasai merek-merek yang sudah punya ikatan emosional dengan publik, Djarum tidak hanya menjual produk---mereka menjual rasa, nostalgia, dan kebiasaan.Â
Hal ini bukan sekadar transformasi bisnis, tapi penguasaan ruang afektif masyarakat.
Respons Publik: Antara Kekaguman dan Kewaspadaan
Masyarakat Indonesia, yang terbiasa dengan kehadiran konglomerat dalam kehidupan sehari-hari, merespons transformasi ini dengan campuran kekaguman dan kewaspadaan.Â
Banyak yang mengapresiasi kecerdasan strategi dan keberanian mengambil risiko. Produk-produk baru diterima dengan hangat, terutama karena mereka menyentuh kebutuhan harian yang nyata.
Namun sebagian tetap kritis. Mereka bertanya: apakah korporasi besar bisa benar-benar berubah arah, atau hanya mengganti wajah? Apakah ini bentuk tanggung jawab sosial, atau strategi branding yang canggih?
Dampak terhadap Brand Djarum: Reposisi Identitas
Transformasi ini telah mengubah wajah brand Djarum secara signifikan. Mereka tidak lagi hanya diasosiasikan dengan rokok, tetapi mulai dikenal sebagai penyedia gaya hidup sehari-hari.Â
Identitas korporat mereka bergeser dari "industri tembakau" ke "penjaga konsumsi rakyat".
Dengan prinsip finansial konservatif (Simpan--Reserve--Invest) dan regenerasi kepemimpinan yang mulus, Djarum menunjukkan bahwa mereka bukan hanya ingin bertahan---mereka ingin membentuk masa depan konsumsi Indonesia.
Penulis: Merza Gamal (Advisor & Konsultan Transformasi Corporate Culture)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI