Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Pelajaran Menapak Sukses di Usia Pensiun Apak Tjiptadinata dan Mande Roselina

22 Juni 2025   21:21 Diperbarui: 23 Juni 2025   06:56 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup memang tak ramah pada masa itu. Namun cinta di antara mereka, serta keyakinan pada kerja keras dan kejujuran, menjadi fondasi tak tergoyahkan. Mereka menanam benih keberanian dan memupuknya dengan pengorbanan.

Apak dan Mande tak pernah menjadikan masa lalu itu sebagai beban. Justru dari kepedihan itulah ia menempa tekad dan menjadikannya bara semangat yang tak pernah padam.

Bangkit dari Keterpurukan

Bukan hanya sekali mereka jatuh. Dalam dunia bisnis, mereka berkali-kali merasakan kerasnya kegagalan. Namun, seperti yang Apak tulis dalam artikelnya di Kompasiana, kegagalan bukan akhir. Ia justru menjadi ruang belajar. Bukan untuk menyerah, tetapi untuk lebih tajam membaca arah.

Sebagaimana ia tuliskan dalam "Mengapa Perlu Belajar dari Kegagalan Orang Lain", Apak Tjipta  meyakini bahwa belajar dari orang lain itu penting, namun belajar dari kegagalan sendiri akan meninggalkan bekas lebih dalam. 

Mereka tak malu pernah miskin, karena dari kemiskinan itulah mereka menemukan kekayaan sejati: keteguhan hati, solidaritas keluarga, dan keberanian untuk terus mencoba.

Menuai Bahagia di Ujung Jalan

Kini, setelah puluhan tahun berjuang, pasangan ini hidup tenang dan bahagia di Australia, dikelilingi oleh anak-cucu yang mencintai mereka yang ketiga anak mereka bisa mengenyam pendidikan hingga ke Amerika.

Rumah yang dulu dihuni tikus dan kecoa telah berganti dengan rumah hangat penuh tawa cucu. Dapur yang dulu sunyi dari nasi telah berubah menjadi tempat meracik cinta dan kenangan.

Mereka telah berkeliling dunia berkali-kali, bukan untuk pamer, tetapi sebagai pengingat bahwa siapapun bisa sampai ke ujung pelangi jika tidak menyerah saat badai datang.

Warisan Kisah untuk Generasi Muda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun