Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Pelajaran Menapak Sukses di Usia Pensiun Apak Tjiptadinata dan Mande Roselina

22 Juni 2025   21:21 Diperbarui: 23 Juni 2025   06:56 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tauladan Kehidupan Apak Tjiptadinata dan Mande Roselina,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Bertahan dari Guncangan Hidup: Kisah Cinta dan Keteguhan Apak Tjiptadinata dan Mande Roselina

Di antara riuh rendah kisah sukses yang sering kali dimulai dari kemewahan atau pendidikan tinggi, kisah pasangan Apak Tjiptadinata dan Mande Roselina adalah mozaik kehidupan yang langka dan layak dijadikan teladan. 

Sebuah perjalanan panjang yang bukan hanya menyoal bangkit dari keterpurukan, tapi juga tentang mencintai kehidupan meski diimpit ketidakpastian.

Masa Sulit di Tanah Kongsi, Padang

Lebih dari enam dekade lalu, mereka hidup di sebuah kedai sempit di Pasar Tanah Kongsi, Padang. Kamar tempat mereka beristirahat ditemani tikus, kecoa, bahkan lipan dan kodok. Kasur usang menjadi alas lelah mereka; tempat tidur bukan ruang untuk memulihkan tenaga, melainkan tempat untuk bertahan hidup. 

Sarapan pagi adalah kemewahan yang terlalu jauh dari genggaman. Sebongkah ubi rebus, itulah santapan mereka di pagi hari.

Jam tiga subuh, Mande Roselina harus sudah melangkah ke stasiun kereta api untuk membeli karambia (kelapa) di Pariaman. Sambil menahan kantuk dan lapar, beliau mengayunkan langkah demi mengisi perut keluarga dan mempertahankan keberlangsungan hidup. 

Sementara Apak Tjiptadinata berjuang di medan yang sama kerasnya, berjualan dan membangun sedikit demi sedikit kehidupan dari titik nadir.

Keteguhan yang Tidak Tergantikan

Dari pengalaman hidup yang keras, mereka belajar bahwa meratapi nasib tak akan mengubah keadaan. Maka, mereka memilih untuk tidak hanya bertahan, tetapi bangkit perlahan, merangkak menantang kenyataan, dan berjuang mengubah takdir.

Apak tumbuh dalam kemiskinan yang menggigit. Dua adiknya wafat saat masih bayi karena keluarga tak mampu membiayai pengobatan. Sang ayah, yang hanya seorang kusir bendi, berjibaku menghidupi keluarga di tengah segala keterbatasan. 

Bertanggung jawab atas adik-adiknya sejak kecil, Apak Tjipta  tak pernah menjadikan masa lalu sebagai beban. Ia menjadikannya sebagai bara semangat.

Hidup memang tak ramah pada masa itu. Namun cinta di antara mereka, serta keyakinan pada kerja keras dan kejujuran, menjadi fondasi tak tergoyahkan. Mereka menanam benih keberanian dan memupuknya dengan pengorbanan.

Apak dan Mande tak pernah menjadikan masa lalu itu sebagai beban. Justru dari kepedihan itulah ia menempa tekad dan menjadikannya bara semangat yang tak pernah padam.

Bangkit dari Keterpurukan

Bukan hanya sekali mereka jatuh. Dalam dunia bisnis, mereka berkali-kali merasakan kerasnya kegagalan. Namun, seperti yang Apak tulis dalam artikelnya di Kompasiana, kegagalan bukan akhir. Ia justru menjadi ruang belajar. Bukan untuk menyerah, tetapi untuk lebih tajam membaca arah.

Sebagaimana ia tuliskan dalam "Mengapa Perlu Belajar dari Kegagalan Orang Lain", Apak Tjipta  meyakini bahwa belajar dari orang lain itu penting, namun belajar dari kegagalan sendiri akan meninggalkan bekas lebih dalam. 

Mereka tak malu pernah miskin, karena dari kemiskinan itulah mereka menemukan kekayaan sejati: keteguhan hati, solidaritas keluarga, dan keberanian untuk terus mencoba.

Menuai Bahagia di Ujung Jalan

Kini, setelah puluhan tahun berjuang, pasangan ini hidup tenang dan bahagia di Australia, dikelilingi oleh anak-cucu yang mencintai mereka yang ketiga anak mereka bisa mengenyam pendidikan hingga ke Amerika.

Rumah yang dulu dihuni tikus dan kecoa telah berganti dengan rumah hangat penuh tawa cucu. Dapur yang dulu sunyi dari nasi telah berubah menjadi tempat meracik cinta dan kenangan.

Mereka telah berkeliling dunia berkali-kali, bukan untuk pamer, tetapi sebagai pengingat bahwa siapapun bisa sampai ke ujung pelangi jika tidak menyerah saat badai datang.

Warisan Kisah untuk Generasi Muda

Kini kisah Roselina Tjiptadinata dan Tjiptadinata Effendi mereka bukan dongeng. Ini adalah lembar demi lembar kehidupan nyata yang telah mereka bagikan melalui tulisan-tulisan penuh makna di Kompasiana. 

Maka tidak berlebihan jika banyak pembaca merasa terharu, terinspirasi, bahkan tergerak untuk bangkit kembali dari keterpurukan.

Bagi pasangan muda, kisah ini bisa menjadi pelajaran: bahwa cinta bukan sekadar janji manis, tetapi kerja keras untuk bertahan. Bagi generasi muda, ini adalah pengingat bahwa hidup tak selalu harus dimulai dari kemapanan. 

Penulis bersama Mande jo Apak,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 
Penulis bersama Mande jo Apak,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 

Ketulusan, kerja keras, dan iman bisa menjadi modal utama menjemput takdir terbaik.

Catatan Penutup dari Saya

Sebagai penulis artikel ini, saya awalnya ragu untuk mengangkat kisah Apak jo Mande secara menyeluruh. Ada rasa segan karena perjalanan hidup mereka begitu pribadi dan menyentuh. 

Namun, dorongan dari Mande Roselina dan apresiasi hangat dari Kompasianer membuat saya akhirnya memberanikan diri.

Kisah ini saya susun dengan penuh hormat dan harapan. Semoga bisa menjadi pelajaran kehidupan yang tak hanya menyentuh, tetapi juga membangkitkan semangat siapa saja yang sedang dirundung duka atau keputusasaan.

Karena sebagaimana Apak dan Mande ajarkan: "Meratapi nasib tak akan mengubah apapun. Yang kita butuhkan hanyalah keberanian untuk bangkit."

Penutup: Doa, Cinta, dan Jejak Perjalanan yang Menginspirasi

Ketika kisah ini sampai kepada mereka yang mengalaminya sendiri—Mande Roselina dan Apak Tjiptadinata—tak kuasa kami menahan haru saat membaca balasan yang mereka sampaikan. Bukan sekadar komentar, tetapi curahan hati yang penuh kehangatan, ketulusan, dan kasih yang tulus. Betapa luar biasanya, sebuah tulisan sederhana mampu memantulkan kembali kenangan yang selama ini hanya disimpan di relung hati paling dalam.

Apak Tjiptadinata menulis dengan penuh cinta dan rasa syukur:

“Hal yang secara logika mathematics adalah mustahil: seorang penjual kelapa parut di pasar dapat menyekolahkan anak-anak ke Amerika. Ternyata, berkat kasih karunia Tuhan dan kerja keras selama bertahun-tahun, impian hidup kami menjadi kenyataan.”

Sementara Mande Roselina, dengan kelembutan dan kekuatan hati seorang ibu yang luar biasa, menambahkan:

“Tapacak aie mato Mande mambaco ulasannyo. Ananda Merza Gamal telah menuangkan dalam kata-kata yang sangat menyentuh hingga ke lubuk hati terdalam.”

Sebagai penulis, saya merasa bahwa kisah ini bukan milik saya—melainkan milik kita bersama. Miliki bangsa ini. Milik anak-anak muda yang sedang berjuang. Milik para orang tua yang tak kenal lelah demi anak-anak mereka. Kisah ini adalah lentera yang akan terus menyala, bahkan di tengah gelap dan derasnya gelombang kehidupan.

Saya hanya meminjam kata-kata untuk menyampaikan hikmah perjalanan panjang Mande Roselina dan Apak Tjiptadinata, yang telah dituliskan dalam jejak digital di Kompasiana, penuh ketulusan dan kebijaksanaan. Dan saya percaya, tidak ada kisah yang lebih kuat dari kisah nyata yang dilalui dengan cucuran keringat, airmata, dan cinta tak bersyarat.

Terima kasih, Mande jo Apak,
Atas kepercayaan, keteladanan, dan cinta yang tak terukur nilainya. Semoga kisah ini mengalir ke hati-hati pembaca, menyemai harapan dan menyulut semangat, sebagaimana ia telah menyentuh dan menginspirasi saya.

Salam hormat dan kasih sayang,
Merza Gamal

Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara & Konsultan Transformasi)

Terus Semangat!!!

Tetap Semangat...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun