Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Bangkrut, Bangkit, dan Berjaya Kembali

19 Juni 2025   21:48 Diperbarui: 19 Juni 2025   22:41 1337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bangkit saat bangkrut,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Jatuh Tersungkur, Tapi Tak Menyerah: Ketika Kebangkrutan Justru Menjadi Titik Awal Kesuksesan

Pagi yang sibuk di Bangkok. Di tengah riuhnya kota yang tak pernah tidur, tampak seorang pria paruh baya dengan troli sederhana berisi roti lapis. Ia menyapa para pejalan kaki dengan sopan, menawarkan roti buatan sendiri. Tak banyak yang tahu, pria itu dulunya seorang miliarder.

Namanya Sirivat Voravetvuthikun. Sebelum krisis moneter Asia melanda pada 1997, ia adalah pengusaha sukses di bidang properti dan investasi. 

Namun, badai ekonomi menggulung habis bisnisnya. Ia bangkrut. Aset hilang. Nama baik tergerus. Tapi Sirivat tidak mengutuk nasib. Ia memilih bangkit, bukan dengan dana miliaran, tapi dengan menjual roti di pinggir jalan.

Banyak orang mencibir. Mantan taipan kini mendorong gerobak. Tapi ia bertahan. Hari demi hari, Sirivat menguleni adonan, menyusun roti, dan menata harapan. Ia ingin menunjukkan bahwa kehormatan tak ditentukan oleh status sosial, melainkan oleh kemampuan seseorang menghadapi keterpurukan dan tak menyerah.

Sirivat bukan satu-satunya. Sejarah penuh dengan kisah orang-orang yang jatuh terpuruk, bahkan bangkrut secara finansial, namun berhasil membalik keadaan dan menulis ulang takdir mereka dengan tinta keberanian.

Walt Disney, misalnya. Di masa mudanya, ia mendirikan sebuah studio kecil bernama Laugh-O-Gram. Studio itu bangkrut. Disney hidup terlunta-lunta dan nyaris menyerah. Namun ia membawa serta imajinasinya ke Hollywood. Di sanalah lahir Mickey Mouse, yang kemudian menjelma menjadi ikon global. Dari seorang pemuda yang gagal, Walt Disney berubah menjadi pendiri kerajaan hiburan dunia yang kita kenal sekarang.

Lain lagi dengan kisah Colonel Harland Sanders. Setelah pensiun di usia 65 tahun, ia bangkrut karena restorannya tutup. Tapi Sanders punya satu hal yang tak pernah pudar: resep ayam goreng legendaris. Ia mengetuk pintu demi pintu, menawari waralaba ayam goreng buatannya, dan ditolak lebih dari seribu kali. Namun ia terus melangkah. Akhirnya, waralaba Kentucky Fried Chicken lahir, menyebar ke seluruh dunia, menjadikannya ikon kuliner yang dikenang lintas generasi.

Di Indonesia, kisah inspiratif datang dari Sandiaga Uno. Saat krisis ekonomi 1998, ia kehilangan pekerjaannya dan usahanya bangkrut. Namun ia tidak tinggal diam. Dari keterpurukan itu, ia bangkit dan membangun perusahaan investasi Saratoga bersama rekannya. Kini, perusahaan tersebut menjadi salah satu yang paling disegani di Indonesia, membuktikan bahwa kegagalan bukan akhir, melainkan pelajaran.

Donald Trump, meskipun penuh kontroversi, juga mencatat sejarah sebagai sosok yang berulang kali menghadapi kebangkrutan. Ia pernah mengalami kegagalan besar di industri kasino dan properti. Namun ia menggunakan sistem kebangkrutan bukan sebagai penutup, tetapi sebagai strategi negosiasi ulang utang dan pembenahan struktur bisnis. Ia membuktikan bahwa jatuh bukan berarti tamat, asalkan seseorang tahu cara berdiri kembali.

Apa yang membuat mereka berbeda dari kebanyakan orang yang menyerah pada kegagalan? 

Mungkin jawabannya adalah keberanian untuk memulai ulang. Keberanian untuk menanggalkan gengsi. Dan keyakinan bahwa nilai seseorang tak diukur dari berapa kali ia jatuh, melainkan dari seberapa kuat ia bangkit.

Kebangkrutan bukan hanya soal angka di neraca keuangan. Ia adalah luka, rasa malu, dan sering kali, kehilangan harga diri. Tapi jika dilihat dari sisi lain, ia juga adalah ruang kosong yang siap diisi kembali---dengan kerja keras, ketekunan, dan harapan baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun