Solusi bukanlah daftar impian. Ia harus realistis, konkret, dan bisa dilaksanakan. Beberapa langkah antisipatif yang relevan dengan kondisi Indonesia hari ini antara lain:
Maksimalkan Dana Non-APBN
Misalnya melalui BLU (Badan Layanan Umum), dana CSR perusahaan besar, atau optimalisasi BUMN untuk menggelar program padat karya skala kota-kabupaten.Refocusing Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah
Belanja non-urgent seperti perjalanan dinas, seremonial, dan proyek jangka panjang bisa ditunda untuk dialihkan sementara ke sektor penyerapan tenaga kerja.-
Dorong Investasi UMKM dan Industri Lokal Padat Karya
Tidak perlu selalu menunggu investor asing. Kembangkan potensi lokal: pengolahan hasil tani, kerajinan, pariwisata berbasis komunitas. Stimulus Fiskal yang Terukur dan Bersyarat
Jika insentif diberikan ke perusahaan, harus diikat dengan syarat tidak melakukan PHK selama periode tertentu.Tingkatkan Perlindungan Sosial dan Skema Transisi Karier
BPJS Ketenagakerjaan bisa lebih aktif dalam pelatihan ulang dan penempatan kerja baru. Kerja sama dengan sektor swasta dan universitas sangat dibutuhkan.Komunikasi yang Jujur dan Transparan dari Pemerintah
Masyarakat bisa menerima kenyataan pahit jika disampaikan dengan jujur dan dengan peta jalan solusi yang meyakinkan.
Menghadang Badai Sebelum Terlambat
Gambar ilustrasi yang Anda lihat di atas adalah metafora yang menggugah: gelombang besar bertuliskan "LAYOFFS" siap menggulung pekerja yang panik, sementara seorang figur di tepi pantai mencoba menghalau. Ia bisa siapa saja---pemimpin, pengusaha, akademisi, atau kita sebagai masyarakat sipil.
Apakah kita hanya akan menonton dari jauh sambil mengeluh di media sosial? Atau justru memilih menjadi bagian dari orang-orang yang menyalakan lentera kecil di tengah malam panjang ini?
Indonesia sudah berpengalaman menghadapi krisis. Dari badai 1998 hingga pandemi 2020, kita selalu menemukan cara bangkit. Namun kuncinya satu: jangan menunggu badai datang baru bersiap. Hadang gelombang sebelum ia menjadi badai.