"Mungkin akan terjadi sesuatu antara aku, Rina dan dia." Pikirku.
Triingg...
Handphoneku berdering, 'A My Honey' nama yang muncul di layar. Aku mengangkatnya dan menyapa Rina di seberang sana.
"Lagi ngapain, bli?"
"Baru habis bangun."
"Whatss? Baru bangun? Adeeh bli ada-ada ajah, jam segini sudah sempat tidur. Aku baru aja selesai sholat Magrib. Tapi sudah sempat makan sih. Maaf ya gak ngajakin!"
"Dasar pelit!" Selorohku dengan suara mengeras.
"Emang gak boleh? Toh kalau aku nawarin, bli juga gak mau kesini hanya untuk sepiring nasi. Ya kan?"
"Ya.ya.ya.. menang dah sana! Tadi bli mimpiin Diajeng loh! Mimpiin jalan-jalan bonceng Diajeng bawa Ninja. Hihihiks!" Kataku tak mampu menahan tawa. Rina pun terkekeh-kekeh mendengar ceritaku. Rina berharap suatu waktu itu bisa terwujud dalam kenyataan. Dia ingin mengenal keluargaku lebih dekat, begitu pun aku, ingin menyambangi rumahnya di Banyuwangi. Kami melepaskan kerinduan yang terpendam walau lewat udara. Rina juga sempat bertanya tentang tata cara sembahyang Hindu hingga perbedaannya dengan Islam. Aku mencoba menjelaskannya sesuai pemahamanku bahwa esensi cara sembahyang itu sama saja. Dalam ajaran Hindu dikenal beberapa cara memuja Dewa Yang Agung, seperti tidur terlentang di lantai kuil seperti tombak, bersujud sebagaimana masyarakat muslim, dan sembah dengan tangan tercakupkan di atas kepala. Yang terakhir ini yang dipraktekan di Indonesia.
"Bagaimana dengan waktu sembahyang, kenapa cuma tiga kali?"
"Sama saja. Ada beberapa ketentuan. Dalam Dharmasastra disebutkan bahwa sembahyang wajib itu hanya dua kali: pada pagi hari sebelum matahari terbit untuk menghapuskan dosa yang dilakukan pada malam hari, dan sembahyang sore untuk menghapuskan dosa yang dilakukan pada siang hari, begitu! Tetapi pada prakteknya, kebanyakan hanya dilakukan sekali saja, pada pagi hari atau sore hari."
"Kenapa begitu? Aku pernah baca katanya waktu sembahyang dalam ajaran Hindu tiga kali, tetapi bli malah bilang hanya dua kali!"
"Memang ada ketentuan tiga kali sebagaimana tertuang dalam kitab Siva Purana, tetapi itu sebenarnya berlaku bagi mereka yang termasuk rohaniawan. Bahkan ada juga aturan sembahyang lima kali seperti dalam Islam, juga ada anjuran mengucapkan nama suci Tuhan setiap saat. Tetapi ini hanya berlaku bagi orang-orang tertentu."