Dalam pikirannya, Otong ngelamun soal hal-hal serius, kayak tambang emas liar yang merusak lingkungan dan bikin jalur pelayaran sungai jadi nggak aman lagi.
Sepanjang sungai Kapuas, pasir dan batu disedot abis-abisan, sampai sungainya dangkal di musim kemarau.
Tiba-tiba, ada sebuah jari lembut bak giok yang nyolek pundaknya, "Bang Otong ..."
Refleks saja Otong menoleh, dan matanya ketemu sama seorang cewek cantik, putih, hidung mancung, seumuran anak SMA. Tingginya sekitar 160 cm. Cewek ini berdiri di depannya, senyum manis banget kayak bidadari turun dari langit.
Cewek itu pakai rok batik panjang sampai betis, dengan sandal heels open toe yang memamerkan kaki mulusnya. Rambutnya tebal panjang hitam, bibirnya merah alami, tetapi nggak pakai lipstik apapun. Kuku kaki bersih, tanpa kuteks.
Wih, bikin Otong sampai terdiam kayak patung.
"Abang lupa sama gue, ya?" tanya cewek itu, masih dengan senyuman yang bisa bikin cowok-cowok susah makan dan tidur.
Otong bengong, otaknya bekerja keras mencoba mengingat, "Siapa ya, Non?" tanyanya penuh rasa penasaran.
Dia bingung, gadis secantik ini bagaimana bisa mengenali dirinya? Apakah mimpi? Tanya Otong dalam hati sambil mencubit tangannya. Ternyata sakit.
"Duh, lo kok masih muda udah pikun, Bang. Gue Bavik, inget gak?"
"Eh? Bavik?" Otong masih bingung. Nama itu kayak familiar, tapi dia nggak yakin dari mana.