Budaya konsumerisme dan hedonisme semakin menguat, di mana anak muda lebih tertarik pada gaya hidup yang dipamerkan di media sosial daripada nilai-nilai luhur seperti kerja keras, disiplin, dan gotong royong.
Mereka cenderung mengukur kebahagiaan dan kesuksesan berdasarkan jumlah followers, likes, atau penampilan fisik yang sempurna.
Selain itu, media sosial juga seringkali menjadi tempat penyebaran budaya asing yang tidak selalu sesuai dengan nilai-nilai lokal.
Generasi muda mudah terpengaruh oleh tren global, yang kadang-kadang bertentangan dengan norma dan adat istiadat setempat. Hal ini dapat mengikis identitas budaya mereka dan membuat mereka kehilangan jati diri.
Solusi dan Harapan ke Depan
Meskipun fenomena ini mengkhawatirkan, bukan berarti tidak ada solusi. Orang tua, pendidik, dan masyarakat memiliki peran penting dalam membimbing generasi muda agar dapat menggunakan ponsel dan media sosial secara bijak.
Pertama, perlu adanya edukasi tentang dampak negatif penggunaan ponsel yang berlebihan. Anak muda harus menyadari bahwa ponsel adalah alat, bukan tujuan hidup.
Kedua, perlu diciptakan lingkungan yang mendukung kegiatan positif, seperti olahraga, seni, atau kegiatan sosial. Dengan begitu, generasi muda memiliki alternatif kegiatan yang lebih bermanfaat daripada sekadar bermain ponsel.
Sekolah dan komunitas juga dapat mengadakan program-program yang mendorong interaksi langsung dan kolaborasi antarindividu.
Ketiga, orang tua perlu memberikan contoh yang baik dalam penggunaan teknologi. Jika orang tua juga terlihat kecanduan ponsel, maka anak-anak akan mengikuti kebiasaan tersebut.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk membatasi penggunaan ponsel dan lebih banyak menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga.