Salah satu aspek penting dalam Masa Prapaskah adalah tobat. Tobat bukan sekadar penyesalan atas kesalahanan yang telah dilakukan, tetapi juga tindakan nyata untuk mengubah hidup.
Umat Katolik diajak untuk merenungkan perilaku mereka yang mungkin melukai hati Tuhan dan sesama, serta membuat komitmen konkret untuk berubah.
Misalnya, seseorang mungkin berkomitmen untuk berhenti bergosip, mengurangi kebiasaan bermain media sosial dan HP, mengurangi kebiasaan merokok, atau lebih disiplin dalam mengelola waktu.
Ada juga yang bertekad untuk meninggalkan kebiasaan korupsi, meskipun itu dilakukan dengan dalih "untuk kebaikan bersama" atau "atas nama Tuhan."
Tobat juga melibatkan pengakuan dosa dalam Sakramen Tobat (Pengakuan Dosa). Dalam sakramen ini, umat Katolik mengakui kesalahan mereka di hadapan imam, yang bertindak sebagai wakil Tuhan, dan menerima absolusi (pengampunan). Â
Yohanes 20:21-23, Yesus menampakkan diri kepada para murid setelah kebangkitan-Nya dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu."
Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada."
Itulah sebabnya para imam (Pastor Katolik) punya kuasa untuk mengampuni dosa manusia lainnya, karena mereka memiliki wewenang sebagai penerus kepemimpinan Yesus sendiri.
Sakramen ini menjadi momen penyembuhan dan pembaruan rohani, yang memungkinkan umat untuk memulai kembali perjalanan iman mereka dengan hati yang bersih.
Pantang: Menahan Diri untuk Tumbuh dalam Rohani
Selain tobat, pantang adalah praktik penting selama Masa Prapaskah. Pantang biasanya dilakukan dengan tidak makan daging pada hari Jumat, namun jika mampu selama 40 hari itu.