Mohon tunggu...
Medi Juniansyah
Medi Juniansyah Mohon Tunggu... Menggores Makna, Merangkai Inspirasi

Master of Islamic Religious Education - Writer - Educator - Organizer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Rindu Menuntun Kaki Pulang

27 Maret 2025   10:35 Diperbarui: 27 Maret 2025   10:35 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika Rindu Menuntun Kaki Pulang - sumber gambar: istockphoto.com

Dengan koper kecil dan tiket di tangan, aku bersiap. Bukan hanya untuk pulang secara fisik, tetapi juga untuk menemukan kembali bagian dari diri yang mungkin telah tertinggal di sana.

Di Antara Kilometer dan Kenangan

Setiap perjalanan mudik adalah perjalanan melintasi waktu. Jalanan yang dulu kulalui bersama ayah saat kecil kini kulalui sendiri, dengan kendaraan yang berbeda, dengan cerita yang telah berubah. Tetapi ada yang tetap sama: pepohonan yang berdiri di pinggir jalan, warung-warung kecil yang masih bertahan meski zaman telah berganti.

Mudik bukan hanya tentang menempuh jarak, tetapi juga tentang menyusuri kembali jejak-jejak lama. Ada rumah-rumah yang kini tampak asing, ada persimpangan jalan yang dulu begitu akrab, ada suara klakson bus malam yang masih mengingatkan pada perjalanan bertahun-tahun lalu.

Setiap kilometer yang terlewati seperti membuka lembaran kenangan, mengingatkan bahwa waktu berjalan tetapi beberapa hal tetap bertahan dalam ingatan.

Di dalam bus yang melaju pelan, aku melihat wajah-wajah yang penuh harap. Seorang ibu muda menggenggam tangan anaknya erat, seorang lelaki tua duduk diam dengan tatapan kosong ke luar jendela. Masing-masing dari mereka membawa cerita, membawa rindu yang hanya bisa tuntas ketika sampai di tujuan.

Perjalanan ini bukan sekadar pulang, melainkan juga upaya untuk menyambung yang sempat terputus. Bagi banyak orang, kampung halaman adalah tempat di mana mereka kembali menjadi diri sendiri---tanpa topeng, tanpa ambisi yang menuntut, hanya ada ketulusan dan cinta yang tak berubah.

Dan aku, di antara perjalanan ini, membiarkan rindu membimbing langkahku. Menjemput kenangan yang dulu tertinggal, menyapa masa lalu yang tak sepenuhnya pergi.

Rumah yang Tak Pernah Lelah Menunggu

Setiap rumah di kampung adalah saksi bisu dari cerita kepulangan. Pintu kayu yang berderit saat dibuka, dinding yang masih menyimpan foto-foto lama, kursi di teras yang tetap berdiri di tempatnya.

Rumah adalah tempat di mana waktu seakan melambat, membiarkan setiap orang yang pulang meresapi kembali kehangatan yang mungkin telah lama hilang.

Di dalam rumah itu, aroma dapur masih sama. Bau masakan ibu yang menguar dari celah pintu, suara langkah-langkah kecil yang menggema di lantai, udara yang terasa lebih ringan dibandingkan hiruk-pikuk kota.

Setiap sudutnya menyimpan kisah, dan setiap kisah menghidupkan kembali bagian dari diri yang sempat terlupakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun