Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebar Kembang

19 Desember 2018   14:56 Diperbarui: 19 Desember 2018   15:19 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di pohon, sungai, gunung, awan, lading, atau mungkin di rumah. Namun yang pasti jauh dan jauh sekali. Ironisnya, dihadapannya hanyalah hamparan sawah yang memenuhi mata, hijau-kuning keemasan yang menguasai guratan mata sipit tuanya. Hembusan angin mesra membawa sholikhin hanyut dalam lamunan-lamunan besar menarik kuat dirinya menuju bawah sadar.

Dan satu, dua, tiga sentuhan ia hanyut dalam sebuah halusinasi. Imajinasi otaknya berputar dahsyat, layaknya roda kendaraan yang melaju kencang. Begitu pula dapat tergambar seperti burung yang beterbangan di angkasa. Hampasan sayap yang sekuat-kuatnya mungkin mengartikan kebahagiaan, keceriaan, dan kesukaan bersama alam bebas. Dan mungkin pula ini adalah dunianya. Ini adalah wilayahnya, dan ini adalah tempat permainannya.

Berjalanlah Solihin pada semaian padi yang sebentar lagi akan siap untuk dipanen. Jalannya tegap begitu pula dengan langkahnya penuh irama. 

Sorot matanya menusuk jauh ke depan. Mata sipit bersimpul cahaya redup mengajaknya berjalan menyelusuri celah-celah kehidupan, dan memasuki cahaya putih dari kejauhan sana. Wajah Solihin berbinar-binar, memerah ditambah lesung pipi yang tersembunyi di bawah senyum meronanya. Namun kini tak lagi, wajahnya tiba-tiba berubah suram, dan menciut. Pikiran nakal Solihin menjadi menebak-nebak cahaya putih dari kejauhan. 

Semakin dekat, pekat, dan semakin jelas. Ia terus berjalan mengendap-endap menuju cahaya putih itu antara takut dan penasaran menjadi satu. Ia juga sempat berhenti dan  berfikir sejenak dan kembali meneruskan langkahnya dengan perasaan takut. 

Pelan, kira-kira tinggal tiga sampai lima langkah lagi tepat di titik pusat cahaya itu. Solihin mendapati beberapa orang berperawakan tinggi, besar, kulit hitam dengan kumis tebal, dan di tangan kanan membawa seperti pecut. Ditatapnya lekat-lekat orang itu, wajahnya suram menyembunyikan perasaan kesal dan kebencian yang mendalam.

"Siapa mereka?" tanya malaikat kecil Solihin

Tiga lipatan di dahi orang besar itu nampak jelas. Begitupula dengan kakinya tidak hentinya bergasur. Namun ada yang beda. Dari beberapa orang tersebut muncullah dua orang yang satunya bungkuk, sedangkan yang satunya tegap yang sedang membawa nampan kecil yang diberi lapisan daun pisang dengan pernak-pernik makanan serta rempah-rempah. Lekang lima menit kemudian, berbarislah orang yang bertubuh besar itu membentuk lingkaran. 

Dan, dua dari orang yang membawa makanan dan rempah-rempah itu berada dalam lingkaran tersebut. Solihin terpaku, ia tidak mengerti apa yang ia lihat. Mengerikan. Rasa ingin tahu apa yang terjadi semakin mendorong solihin untuk melihat lebih dekat. Namun, siapa sangka, Solihin melangkah mundur dengan tubuh menggigil, dan keluar keringat dingin.

Gemetar. Tubuh solihin bergetar hebat. Telinganya menangkap sebuah isakan yang sangat mengerikan dan memprihatinkan dari bibir pembawa makanan dan rempah-rempah, isakan itu terdengar begitu jelas. Namun anehnya, di lain sisi beberapa orang berbadan besar tertawa dengan bahagia dan lepas, layaknya seorang anak kecil yang mendapatkan hadiah atau kado di hari ulang tahunnya. 

Mata Solihin meredup. Tak terasa air matanya bercumbu pada pipi Solihin. Hatinya serasa tercabik-cabik belati tajam nan mengkilap. Tepat di ujung hempusan nafas beratnya, ia membalikkan badan dan menarik nafas panjang untuk mengendalikan dirinya. Dan, di akhir itu tiba-tiba pundaknya tersentuh keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun