Mohon tunggu...
WAHYU AW
WAHYU AW Mohon Tunggu... Sales - KARYAWAN SWASTA

TRAVELING DAN MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

T.T.K (Edisi: Dalam Perjalanan)

12 Juni 2023   18:00 Diperbarui: 12 Juni 2023   18:05 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika itu kita telanjang kaki. Merasakan sentukan gelombang pantai. Isu hati tertambat di dermaga sebelah. Di seberangnya kita bawa terang bunga yang terpetik. Layar berganti berayun diantara akar-akar bakau menahan pasang gelombang. Satu jiwa selamanya.

Tiada mimpi lagi yang terbeli. Bersama kita saksikan syair-syair tenggelam menyisir perahu nelayan mulai merapat. Pantun-pantun burung pipit berdzikir menggambarkan kebesaranNya.  Takkan lelah kudekap pinggangmu terasa hangat. Menahan waktu adalah penting untuk selamanya. Tersenyumlah dan kedipkan matamu akan tumbuh kesucian hati dan perangai yang terpuji.

Ikuti saja, biarkan sayapku memelukmu. Tersenyumlah dan katakan "hai" selalu untuk selamanya.

T.T.K (Pelabuhan Ratu -- Perjalanan Senja)

"Aku tahu sesungguhnya bilamana doaku dijawab, yaitu bilamana aku telah menerima segala ketetapanNya (Allah) dengan Ridho"

"Rindu bersabarlah, ketahuilah tempatmu ialah di ruang rindu"

Dan perjalananku hari ini adalah mencari ruang rindu. Tepat di tanggal 17 Romadhon, semoga membuka mata hati ini, semoga alam semesta bergembira setelah apa yang aku alami.

Sengaja aku memutar arah. Seperti hanya aku melawan angin, sebut saja demikian aku mencari damai. Biarpun sekarang malam hari (Jam 0 lebih sekian), aku lebih suka menyebutnya perjalanan senja. Terlalu dini belum, terlambat aku tidak mau mengatakannya demikian. Kembali sekedar bertanya saja waktu tak pernah memperlihatkan wujudnya, tapi tanpa ragu meninggalkan dalam kerugian. Sepertinya halnya pula angin menggerakkan pepohonan tanpa terkuasai tangan-tangan dan akupun tak layak membencinya. Bulan purnama ikhlas menyinari bumi hijau sepanjang masa.

"Jika aku terus di sini, maka sama artinya aku menjauh dari hujan"

Sungai aku bawa sampai ujung mata. Tanah merah puncak aku lalui. Hamparan panorama Gede Pangrango gagah berdiri menantang. Tak luput pesona Gunung Salak menasbihkan hawa dingin turun menusuk ke jiwa-jiwa yang panas. Dan kebun teh adalah dinamika sisi hijau tertutup selaput.

Saat ini aku tidak mencari arah, tetapi mencari makna. Nyala sepotong lilin terpancar mata (redup). Gandeng tanganmu, lepas penat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun