Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Akan Mencintaimu Seperti Shubuh

13 April 2022   03:03 Diperbarui: 13 April 2022   03:06 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Shubuh ini tubuhku menggigil akibat air yang kugunakan untuk membasuh tubuh, namun hati ini lebih menggigil lagi sejak tadi malam. Aku percaya itu terjadi karena hantaman darimu yang membuat ceruk dalam pada permukaan hati, kemudian diisi angin dari luar hingga daging-dagingnya terasa membeku.

Namun aku bisa apa? Adalah pertanyaan berikutnya. Pun aku percaya bahwa cinta adalah kebebasan, kau bebas memilih jatuh cinta pada siapa, memutuskan untuk menikahi siapapun yang kau ingini, namun kasih, jantungku terbelenggu padamu. Dan bila ini memang cinta, kenapa selalu aku yang dipaksa menari dalam kekangan penjara yang kau cipta?

Namun sekali lagi, aku tidak bisa apa-apa selain mengintervensimu dengan doa seperempat malamku, berharap kau dilindungi dan belajar dari yang sudah-sudah serta berharap tikungan ini akan mengantarkan kamu pada kisah yang paling indah.

Berat untuk mengatakannya sebab aku tidak mempercayai satupun lelaki untuk menjagamu, tapi setiap pertanyaan 'aku bisa apa' itu muncul, aku hanya diam membatu dan memohon agar waktu ini cepat berlalu.

Namun rasa takut ini juga cukup kuat dan membelengguku begitu dalam, rumah mana lagi yang akan engkau tinggali bila engkau terluka nanti? Emperan masjid mana lagi yang akan engkau tiduri untuk mengobati semua luka yang kau miliki?

Jalanan sudah hitam dan bulan terangkat tinggi, malam ini pun bukan purnama dan tidak semua cahaya bisa menerangi jalanmu. Aku takut dan gusar sebab dirimu tak akan bisa kupeluk lagi, dan mungkin aku akan patah hati dengan lebam yang lebih buruk lagi.

Namun aku akan tersenyum kasih, aku akan tersenyum. Akan kuberikan senyumku yang paling indah untukmu dan kujamin tidak akan pernah kau lihat lengkungan kesedihan pada sudut mataku. Aku akan mendoakanmu selalu kasih, selalu. Pun akuaku akan menyingkirkan ranting-ranting di jalan yang akan engkau lewati agar setiap langkahmu tidak akan terluka.

Aku akan mungkin akan terjaga malam ini, menghirup secangkir kopi, menenggaknya dalam damai, tanpamu. Aku akan terjaga malam ini, aku akan terjaga malam ini. Aku yakin aku akan terjaga malam ini.

Namun hatiku mendingin, daging-dagingnya membeku dan kutemukan diriku terkapar diatas kasur. Kuambil bantal dan kuhalau cahaya lampu dengan menutup mataku. Disini gelap dan dingin, sepi dan sunyi, hanya aku sendiri, tanpa kehadiranmu.

Saat aku terbangun nanti, aku akan menceritakan kamu kepada Tuhanku dengan kalimat-kalimat yang paling indah, dan akan kupastikan doaku sampai kepada langit agar engkau terjaga selalu. Agar engkau damai walau cintamu tidak pernah sampai kepadaku.

Aku akan bangun sebelum fajar menyingsing, kemudian aku akan mencintaimu seperti shubuh; sunyi dan senyap, hanya untaian doa yang menuju langit kemudian menjelma embun yang akan engkau temukan di sudut-sudut jendela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun