Mohon tunggu...
Mawar Sheila
Mawar Sheila Mohon Tunggu... Konsultan - Consultant

Psikolog, Consultant, Coach, Assessor. Menyukai dunia pengembangan sumber daya manusia terutama di area soft skills dan leadership

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mencegah Semaraknya Sumpah Serapah Netizen di Kolom Komentar

6 November 2022   10:17 Diperbarui: 7 November 2022   17:01 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Mudassar Iqbal dari Pixabay

"Komenmu kayak orang gak punya empati. Ingat segala ucapan kembali ke dirinya"  "Semakin dekat akhir zaman,  nauzubilahminzalik" "Hey Kau, emang tau tanda kiamat itu apa aja? Loe hidup banyak beban ya!" "Lah dasar manusia t*lol. Membenarkan diri apa? Mencari dalil kau bilang?" "Oalah kau ini tidak pernah belajar adab ya!"

Berbeda-beda jelas tidak satu. Kita boleh sama-sama menonton sebuah pertandingan olahraga, pertunjukan film, melihat lukisan, atau membaca artikel yang sama, tapi jika ada 10 orang, maka bisa jadi ada 7, 8, 9, 10 kesimpulan berbeda.

Dari teori tentang persepsi, ada cerita mengenai beberapa orang buta memegang gajah. Orang buta yang pertama memegang kaki, yang kedua pegang telinga, yang ketiga pegang belalai.

Maka ketika ditanya "Seperti apakah gajah itu?" Orang pertama bilang gajah itu seperti pohon, kuat dan tegak seperti tiang dan bisa dipeluk; orang kedua bilang gajah seperti sayap yang lebar dan bisa dikepakkan; orang ketiga bilang gajah seperti pipa yang kasar bisa mengeluarkan suara menggema.

Ada yang salah dari jawaban para orang buta itu? Ya bisa iya bisa tidak. 

Bisa tidak salah, karena mereka menjelaskan apa yang dialami secara jujur dan apa adanya. 

Namun, ternyata adalah keliru, karena mereka hanya memegang satu bagian saja. Tidak melihat keseluruhan, tapi membuat kesimpulan. Dan bahayanya, kalau kesimpulan ini didengar orang yang juga tidak pernah melihat gajah dalam hidupnya, lalu orang tersebut percaya, maka bisa menjadi salah pemahaman seumur hidupnya -- atau paling tidak, sampai ada yang meluruskan.

Kembali ke cerita tentang komentar netizen yang sangat seru, yang bisa lebih seru daripada berita yang mereka baca dan ikuti. Pertikaian atau huru hara hubungan artis atau tokoh, berujung dengan huru hara di antara hubungan netizen. Saling sumpah serapah, lalu terbentuk polarisasi antar komentar pro dan kontra, salah menghujat antar netizen. Yang mirisnya, kenal juga tidak.

Kadang-kadang saya, dan sepertinya juga netizen lain, membaca judul berita dan langsung pindah ke kolom komentar. Di kolom komentar, secara cepat kita bisa mendapat kesimpulan dari kasus yang terjadi, ini tujuan utamanya.

Tapi kadang juga saya (atau para netizen) mencari hiburan dari komentar-komentar lain, yang kadang lucu, kadang bijak, kadang ngotot, seringnya menyebalkan. Tapi dibaca! Hahaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun