Mohon tunggu...
Fiksiana

Resensi Buku | "Preman Sekolah" (2008)

6 Januari 2019   17:20 Diperbarui: 6 Januari 2019   17:50 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul         : Preman Sekolah

Penulis     : Chris Oetoyo

Penerbit   : Mitra Bocah Muslim, Yogyakarta

Tahun       : 2008

Tebal         : 86 Halaman + 9 halaman prakata dan daftar isi

Bahasa      : Indonesia

Sampul     : Latar kuning, hijau, merah, putih, dan biru

Buku ini ditulis oleh Chris Oetoyo, seorang penulis lepas di beberapa koran dan majalah Nasional. Ia juga menulis cerpen dan novel yang tulisannya beraneka ragam, dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Di samping menulis cerpen dan novel, kegiatan penulis saat ini juga bergabung bersama sebuah tim, yang menulis naskah untuk acara "Ngelenong nyok" di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. Buku ini diangkat dari melihat kebiasaan anak-anak saat ini yang suka bersikap semena-mena dengan teman sebayanya. Buku dengan judul "Preman sekolah" ini merupakan sebuah buku novel anak islam yang termasuk ke dalam jenis buku fiksi, sehingga buku ini sangat cocok bagi anak karena dapat menghibur sekaligus dapat menanamkan keimanan dan menuntun anak kepada akhlak mulia sejak dini.

Chris mengangkat buku ini dari melihat kebiasaan anak-anak yang akhlaknya bisa dikatakan cukup mengkhawatirkan. Alur cerita pada buku ini cukup sederhana, sehingga anak-anak yang membaca buku ini nantinya akan lebih mudah memahami alur ceritanya. Pengarang juga banyak menimbulkan tokoh-tokoh yang membuat cerita ini menjadi lebih nyata dan dapat diimajinasikan oleh anak-anak. Buku fiksi ini menceritakan seorang anak yang kenakalannya sudah melebihi batas wajar, ia bernama Goko. Goko tidak seperti anak seusianya yang biasanya masih terlihat lugu dan polos. Goko selalu bersikap semena-mena dan terkadang suka bertindak kasar pada teman sebanyanya. Muncul tokoh yang dapat menghentikan serta menyadarkan Goko atas perilakunya itu, dia adalah Fariz. Anak baru pindahan dari kota karena mengikuti orang tuanya yang pindah ke daerah. Fariz selalu merasa resah atas perbuatan tidak terpuji yang dilakukan oleh Goko. Fariz dibantu tiga teman lainnya yaitu Harlan, Fira, dan Ayu untuk mencari cara agar mereka bisa menghentikan perbuatan Goko selama ini. Setelah berhari-hari memikirkan cara apa yang harus mereka perbuat, hingga akhirnya mereka pun mendapatkan ide dengan meminta bantuan seseorang untuk melawan Goko dengan cara berkelahi. Dalam perkelahian itu, Goko pun kalah dan akhirnya ia menyadari akan semua kesalahannya dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan buruk itu lagi. 

Tokoh Fariz yang ditulis pengarang dalam buku ini mungkin dapat dikatakan sebagai penyelamat bagi teman-teman yang ada di sekolahnya. Semua teman-temannya tidak ada yang ingin mencari masalah dengan Goko, mereka takut melawan Goko karena badan Goko lebih besar dan tenaganya lebih kuat. Hanya Fariz yang mempunyai keberanian mengambil tindakan untuk menghentikan perbuatan Goko yang sudah melebihi batas wajar. Karena Fariz tidak ingin ada yang menjadi korban keisengan Goko selanjutnya. Penulis membuat buku ini penuh akan pesan moral yang baik di dalamnya, sehingga sangat cocok untuk anak-anak zaman sekarang yang kebanyakan mempunyai akhlak yang kurang baik. Dari buku ini, kita dapat mengetahui terkadang untuk menyadarkan seseorang atas kesalahan yang telah ia perbuat itu tidak cukup dengan menasihati saja, harus ada penekanan atau cara yang lebih membuatnya sadar seperti yang ada di dalam buku ini. Saat ini pembentukan karakter menjadi tujuan utama dalam menciptakan penerus bangsa yang mempunyai akhlak yang baik. Kecerdasan saja tidak cukup apabila tidak disertai dengan akhlak yang baik. Dalam buku ini, Chris juga mengingatkan kita betapa pentingnya menaati perintah Tuhan dan menjauhi segala larangannya, agar Tuhan dapat melindungi kita di mana pun kita berada. Pengarang juga bisa membuat suasana ceritanya menjadi penuh dengan semangat yang membuat anak-anak penasaran pada cerita di bab selanjutnya. Meskipun tema yang ada pada buku ini terkesan mainstream atau sering diterbitkan, namun buku ini mempunyai keunggulan tersendiri yang dibuat oleh penulis.  

Dalam sebuah buku, pasti memiliki banyak kelebihan dan kekurangannya. Keunggulan dalam buku ini, banyak pesan moral yang terkandung di dalamnya. Di antaranya kita harus selalu berbuat baik meskipun orang itu sudah menyakiti kita, harus menyadarkan teman kita yang sudah berbuat tidak terpuji, harus berpikir positif terhadap orang lain, harus selalu menaati perintah Tuhan, dan sebagainya. Buku ini juga sangat cocok untuk orang tua yang ingin menanamkan akhlak yang baik pada anak sejak dini. Ditambah lagi dengan bahasa yang digunakan ringan seperti bahasa sehari-hari dan tidak bertele tele, sehingga anak yang membaca mudah dipahami dengan baik apa yang dimaksud penulis. Secara fisik, buku terbitan Mitra Bocah Muslim ini menggunakan kertas yang cukup bagus, dan tidak rentan sobek. Selain itu buku ini juga memiliki sampul buku yang berwarna dan bagus sehingga dapat menimbulkan kesan menarik pada anak untuk membacanya. Di mana ada kelebihan di situ juga terdapat kekurangan. Pada akhir cerita tindakan untuk memecahkan masalah yang dibuat penulis kurang tepat, yaitu perkelahian. Karena itu juga merupakan suatu perbuatan yang tidak terpuji dan seharusnya tindakan itu tidak dilakukan pada anak seusianya. Padahal buku ini ditujukan untuk anak yang berusia 7 sampai 12 tahun, yang seharusnya pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan dengan melihat usia anak yang dituju. Latar tempat dan waktu yang dibuat penulis pada cerita pun tidak begitu jelas, sehingga pembaca perlu menerka kembali apa yang sedang diceritakan. Pada buku ini juga terdapat beberapa penulisan yang salah, dan kalimat-kalimat yang tidak efektif. Selain itu tinta yang digunakan penulis untuk mencetak tulisan pada buku ini kurang tebal, sehingga tidak begitu jelas dapat terbaca. Gambar-gambar pada buku juga tidak berwarna, sehingga nantinya akan muncul rasa bosan pada anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun