Ketika kesadaran perlahan kembali, Bara merasakan kakinya menapak di permukaan yang kokoh, bukan tanah basah lagi. Aroma hutan berganti menjadi wangi bunga-bungaan aneh yang manis. Ia membuka mata.
Alih-alih pepohonan rimbun dan air terjun, Bara kini berdiri di sebuah hutan yang berbeda. Pepohonannya menjulang sangat tinggi, daunnya berwarna biru kehijauan, dan di antara dahan-dahan, ada bunga-bunga raksasa berpendar lembut seperti lentera. Langit di atasnya tidak lagi biru terang, melainkan gradasi warna oranye, merah muda, dan ungu, dengan tiga bulan sabit yang menggantung indah.
"Ini... di mana?" gumam Bara, suaranya tercekat. Ia menatap tangannya. Tidak ada yang berubah, tapi rasa dingin dari batu tadi masih terasa.
Dari balik pepohonan, terdengar suara gemerisik daun yang diikuti langkah kaki. Bara menoleh, dan jantungnya serasa berhenti berdetak.
Sosok yang muncul bukanlah manusia. Tubuhnya ramping dan tinggi, kulitnya kebiruan, rambutnya seputih salju, dan matanya memancarkan cahaya keperakan yang misterius. Di tangannya, ia memegang sebuah busur yang terbuat dari akar pohon bercahaya. Ia menatap Bara dengan pandangan terkejut sekaligus curiga.
"Seorang Penjelajah... dari dunia lain?" gumam makhluk itu dengan suara merdu, namun terdengar asing di telinga Bara. "Bagaimana kau bisa melewati Gerbang Kuno?"
Bara tak bisa menjawab. Ia hanya bisa menatap makhluk aneh itu, menyadari sepenuhnya bahwa petualangan yang tak pernah ia bayangkan baru saja dimulai. Ia telah masuk ke sebuah dunia yang benar-benar berbeda, jauh dari segala rutinitas membosankan di Bumi.
Kira-kira petualangan apa yang akan Bara hadapi di dunia baru itu?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI