Pasar hijab memang luas, tapi hanya mereka yang lincah beradaptasi yang bisa bertahan. Zaki Collection punya fondasinya. Yang dibutuhkan sekarang adalah keberanian untuk naik level  dari kios ke kanal digital, dari lapak fisik ke layar gawai.
Dulu Bersinar Terang, Kini Butuh Suntikan Nafas Baru
Pernah ada masa ketika omzet Rp5 juta per hari menjadi pemandangan biasa di Zaki Collection. Setiap helai hijab yang digantung di lapak seolah sudah punya tuannya. Aliran rupiah deras mengalir, dan rasa percaya diri untuk terus berkembang tumbuh di dada. Di tengah padatnya Pasar Tanah Abang, Zaki Collection sempat menjadi bintang kecil yang bersinar terang.
Namun waktu tidak selalu bersahabat. Inflasi datang tanpa permisi, daya beli masyarakat menurun, dan iklim usaha tak lagi sehangat dulu. Kini, omzet harian tidak lagi setinggi masa-masa gemilang itu. Tapi meski cahayanya sedikit meredup, api usahanya belum padam. Penjualan masih melampaui titik impas. Artinya, bisnis ini masih hidup. Bahkan lebih dari itu ia masih bernafas dengan sehat, hanya saja lebih pelan.
Dengan biaya produksi sekitar Rp10.000 per helai dan harga jual yang mencapai Rp18.000, margin keuntungan tetap menjanjikan. Namun masalahnya bukan hanya di angka penjualan. Masalahnya adalah pada cara angka-angka itu dipantau, dicatat, dan dimaknai. Saat bisnis lain mulai menggandeng sistem digital, Zaki Collection masih mengandalkan buku catatan, kalkulator, dan ingatan.
Keuangan adalah nadi bisnis. Dan jika nadi tidak terdeteksi secara real-time, maka denyut pertumbuhannya akan sulit dipetakan. Tanpa data yang akurat, sulit bagi pemilik usaha untuk tahu kapan harus menambah produksi, kapan harus menahan belanja, atau kapan harus mengganti strategi harga.
Inilah saatnya Zaki Collection membuka lembar baru dalam cara mereka mengelola keuangan. Tak perlu langsung ke software besar aplikasi pencatatan keuangan sederhana seperti BukuKas, Jurnal, atau QuickBooks bisa menjadi langkah awal. Karena hanya dengan membaca pola laba-rugi secara jernih, bisnis ini bisa kembali menemukan ritmenya, dan mungkin, kembali bersinar seperti dulu atau bahkan lebih terang.
Harmoni Keluarga yang Harus Naik Kelas
Zaki Collection adalah bisnis keluarga dalam arti yang sesungguhnya. Tidak ada manajer, tidak ada direktur, tidak ada struktur organisasi yang rumit. Semua berjalan atas dasar rasa saling percaya. Seorang mengurus penjualan, yang lain mengurus jahitan, sisanya bergantian mengelola stok dan keuangan, tanpa lembaran SOP yang memandu.
Model seperti ini, di tahap awal, justru menjadi kekuatan. Tak ada biaya birokrasi, tak ada konflik kepentingan, semua orang terlibat dengan rasa memiliki. Namun seperti benih yang tumbuh menjadi pohon, bisnis juga harus tahu kapan waktunya berakar lebih dalam dan bercabang lebih luas.
Tantangan muncul ketika skala usaha meningkat, permintaan bertambah, dan tekanan pasar makin kompleks. Tanpa struktur yang jelas, keputusan menjadi lambat, beban kerja tidak merata, dan risiko kehilangan arah semakin besar. Zaki Collection kini berada di titik krusial: antara kenyamanan tradisi atau keberanian berubah.