Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Pemerhati literasi | peneliti bahasa | penulis buku bahasa Inggris

Menulis untuk berbagi ilmu | Pengajar TOEFL dan IELTS | Penulis materi belajar bahasa Inggris| Menguasai kurikulum Cambridge Interchange dan Cambridge Think | Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menanam Benih Literasi di Dalam Rumah

26 Juni 2025   23:08 Diperbarui: 28 Juni 2025   13:39 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Buku Masuk Rumah, tiap rumah secara bergiliran bisa membaca beragam buku bacaan sesuai kebutuhan. (Foto: KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU)

Media sosial dan tontonan dewasa ini menyita banyak waktu anak-anak dan remaja. Di dalam rumah, anak-anak terbiasa memegang smartphone dan terlelap dalam tontonan dan permainan online. 

Di setiap kelas ketika mengajar, saya sering bertanya seberapa sering siswa-siswi membaca buku. Jawaban mereka cukup menyayat hati. Dari 40 siswa-siswi, tidak lebih dari 10 orang yang aktif membaca. 

Membaca buku bukanlah sesuatu yang menyenangkan bagi siswa-siswi sekolah. Minat baca yang kurang boleh jadi karena benih literasi tidak tumbuh di dalam rumah. 

Seberapa sering kita melihat orang tua yang mengajak anak membaca di dalam rumah?

Pertanyaan seperti ini penting guna melihat gambaran besar keluarga. Anak malas membaca dimulai dari orang tua yang juga malas membaca. Pembiasaan menelurkan kebiasaan. Apa yang dilihat anak dari orang tua memberi pelajaran berharga bagi anak.

Menanam benih literasi|gambar:https://www.beritamagelang.id
Menanam benih literasi|gambar:https://www.beritamagelang.id

Benih literasi tidak tumbuh dengan sendirinya. Orang tua perlu menyiapkan benih dan menyemainya di dalam rumah. Benih literasi tumbuh dari kebiasaan orang tua membaca buku di depan anak.

Menanam benih literasi memang tidak mudah. Orang tua perlu menyadari pentingnya membaca di dalam rumah. Anak-anak yang sering melihat orang tua membaca buku jauh lebih mudah membangun kebiasaan membaca.

Rumah adalah pondasi pertama membentuk kebiasaan membaca anak. Literasi disemai lewat pembiasaan dalam rumah. Anak perlu melihat contoh dari kedua orang tua untuk mewarisi kebiasaan yang sama. 

Oleh karenanya, berikan contoh yang baik pada anak di dalam rumah. Semailah benih literasi dengan membaca di depan anak, baru kemudian mengajak anak membaca bersama.

Ibarat menyemai benih tanaman yang membutuhkan waktu. Benih literasi akan tumbuh dengan baik manakala disemai di tempat yang baik. Dalam hal ini, rumah patut dijadikan tempat terbaik untuk menyemai benih literasi. 

Orang tua memerlukan perencanaan yang baik. Dimulai dari menyiapkan tempat penyemaian benih. Sediakan sebuah ruang khusus di dalam rumah dengan koleksi buku. Tidak perlu banyak pada awalnya. Tujuannya agar anak terbiasa melihat buku.

Lengkapilah koleksi buku anak secara bertahap. Ajak anak mengunjungi toko buku sebulan sekali. Pilih buku yang disukai anak sebagai penambah daftar bacaan sehari-hari.

Saat anak berumur 3 tahun, ajak mereka ke pustaka untuk sekedar melihat koleksi buku. Lalu bacakan buku kepada mereka dan ajak mereka berinteraksi dengan buku-buku yang disukai.

Benih literasi akan tumbuh sehat jikala terawat. Ia perlu disiram dengan buku-buku terbaik dan dipagar dari tontonan tidak mendidik agar tumbuh pesat.

Menanam benih literasi dalam rumah membutuhkan usaha ekstra. Ayah dan ibu perlu memiliki visi yang sama, yaitu menghidupkan cahaya literasi dari dalam rumah.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun